Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Lehrerin

Sudah menulis 3.000 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 20-12-2024 dengan 2.392 highlights, 17 headlines, 112.449 poin, 1.133 followers, dan 1.315 following. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Praktek Menulis Puisi Karya Sendiri

11 Januari 2023   22:41 Diperbarui: 12 Januari 2023   16:42 843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Freepik/user21856044 via popmama.com

Halo teman-teman Kompasianer dan rekan pembaca. Sudah membaca kisah saya bersama murid di kelas? Kalau belum, bileh dibaca dulu artikel saya berjudul Menulis Puisi, Menolong Anak Mengembangkan Imajinasi.

Anak-anak mempunyai imajinasi yang tinggi. Tak hanya itu, daya hayal mereka juga sangat luas. Anda tidak akan menyangka jika mendengarkannya. Memberi anak-anak kesempatan bercerita akan memberi ruang bagi mereka mengekspresikan daya imajinasinya.

Dokpri tangkap layar akun Kompasiana Ari Budiyanti
Dokpri tangkap layar akun Kompasiana Ari Budiyanti
Seperti hari ini di kelas. Saya memberi banyak contoh membuat puisi berdasarkan imajinasi saya. Misalnya imajinasi tentang bunga matahari. Saya mengekspresikan melalui karya puisi apa itu bunga matahari dan bagaimana ciri-cirinya yang memberi keindahan. Setiap mata yang melihatnya menjadi terpana.

Bukan hanya itu, saat mengamati bunga matahari dalam imajinasi, saya mengaitkannya dengan biji bunga matahari yang bisa dijadikan Kuaci. Makanan kesukaan anak-anak. Saya beberapa kali melihat mereka membelinya di kantin. Tentu saja pada bagian ini mereka langsung merespon, "Aku suka makan kuaci, Ms." dan lain sebagainya.

Iya puisi juga perlu menyentuh dunia pembaca, tidak melulu mengenai dunia penulisnya saja bukan? Ini menurut pendapat saya.

Setelah beberapa contoh puisi saya berikan, tentu saja karya puisi spontanitas saya di kelas.  Saya memberikan tugas sederhana pada mereka. Menuliskan puisi mereka sendiri.

Sebelumnya saya juga mengajak anak-anak ke perpustakaan sekolah untuk mengenal Kamus Besar Bahasa Indonesia yang tebal bukunya. Saya meminta anak-anak mencari definisi beberapa kata yang menarik buat mereka. Lalu mereka mencari maknanya di KBBI tersebut. Tentu saja dengan pengaeasan saya.

Dokpri tangkap layar akun Kompasiana Ari Budiyanti
Dokpri tangkap layar akun Kompasiana Ari Budiyanti
Apa kaitannya dengan menulis puisi? Setiap kosakata menarik yang mereka cari artinya di KBBI bisa menjadi sumber ide penulisan puisi mereka sendiri.

Lalu anak-anak mulai mencoba merangkai kata menjadi bait-bait puisi. Minimal 8 baris puisi. Begitu tugas yabg saya berikan. Mengacu pada buku panduan, anak-anak menghitung jumlah latik puisi, ada 12 larik atau baris. Saya sudah menguranginya menjadi puisi minimal 8 baris. Waktu yang saya berikan 30 menit.

Dalam waktu 30 menit sebenarnya saya secara pribadi bisa saja membuat 6 puisi jika penulisan 1 puisi dibuat rata masing-masing 5 menit. Tapi untuk anak-anak 30 menit 1 puisi. Saya ingin tahu, apakah mereka bisa memanfaatkan waktu 30 menit sebaik mungkin?

Ada seorang anak yang menyelesaikan puisinya dalam 15 menit. Dia segera menghampiri saya dan mengumpulkan puisinya. Menarik. Dia bisa membuat puusi sekitar 12 baris. Lebih dari ketentuan dari saya minimal 8 baris.

Memang menulis puisi ini sebenarnya bebas mau dibuat berapa baris sebenarnya. Namun saya memberi batas 8 baris untuk memberi ruang imajinasi mereka makin berkembang dalam menuangkannya melalui kata.

Puisi-puisi lainnya kemudian dikumpulkan setelah waktu di atas 20 menit. Jadi dalam 30 menit anak-anak bisa menyelesaikan tugas menulis satu puisi.

Seorang anak di sela-sela waktu menulis puisi berkata, "Ms, aku mau gambar saja, ga mau nulis puisi." Kata-katanya sangat lugas dan mungkin akan membuat orang yang mendengarnya tidak nyaman bukan? Tapi tidak bagi saya.

Saya menjawabnya dengan mudah dan sederhana. "Boleh kalau mau menggambar dulu, tapi nanti selesai menggambar, kamu ceritakan gambarmu itu melalui karya puisi." Ada anak yang lebih mudah menuangkan imajinasinya dalam gambar, ikuti saja.

Beri mereka ruang untuk menuangkan imajinasinya dalam gambar. Setelah itu baru arahkan mereka menuangkan gamabr dalam bentuk karya tulisan berbentuk puisi.

Dokpri Tangkap Layar akun kompasiana Ari Budiyanti
Dokpri Tangkap Layar akun kompasiana Ari Budiyanti
Saya bahkan pernah mengajar anak-anak Home Scooling untuk menulis puisi mereka sendiri berdasarkan gambar yang mereka vuat terlebih dahulu. Ini bukan masalah. Anak-anak menyukainya. Baca artikelnya di sini.

Menulis puisi jangan dijadikan beban. Demikian juga saat mengajarkannya pada anak-anak. Buat mereka merasa bahagia menuangkan imajinasinya dalam kata-kata. Apa yang mereka rasakan bisa tertuang dalam baris puisi. Baik perasaan senang maupun sedih.

Saya ingat, salah satu anak bertanya pada saya. "Ms, boleh tidak saya menulis tentang hujan yang menyebalkan?"
Saya bertanya balik padanya, "Mengapa menurutmu hujan bisa menyebalkan?"

Dia pun menjawab karena hujan dia harus tinggal di dalamrumah dan tidak bisa bermain di halaman bersama kucing kesayangannya. Hujan membuat hari kesukaannya tidak lagi cerah. Itu alasannya dia menganggap hujan sebagai hal menyebalkan. Saya tersenyum mendengar alasannya.

Saya katakan padanya agar mencoba saja membuat puisi tentang hujan. Dia berhasil mengungkapkan rasa yang dia miliki berkaitan dengan hujan, tepatnya rasa sedih. Di sini sayaengajarkan bahwa menulis puisi bisa juga mengekspresikan perasaan tidak senang atau kesedihan kita karena suatu hal.

Menulis puisi memang menolong anak-anak mengembanglan imajinasi. Bagaimana dengan Anda? Sudahkan Anda mengajarkan tentang menulis puisi pada anak-anak? Pasti menyenangkan. Have fun.

Dokpri tangkap layar akun Kompasiana Ari Budiyanti
Dokpri tangkap layar akun Kompasiana Ari Budiyanti
Terakhir tapi tidak kalah penting, menulis puisi itu bisa membuat hati kita tenang dan ingin mengulanginya lagi. Ini terbujti pada murid saya yang meminta ijin menulis 1 puisi lagi sepulang sekolah sambil menunggu dijemput. "Ms, aku mau menulis 1 puisi lagi boleh?"

"Tentu saja boleh" jawabku dengan senang.


Salam literasi
....

Written by Ari Budiyanti
#PuisiHatiAriBudiyanti
11 Januari 2023

17-2.437

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun