Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.953 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 27-10-2024 dengan 2.345 highlights, 17 headlines, 111.175 poin, 1.120 followers, dan 1.301 following. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Apa Aku Mencintai Puisi

18 Oktober 2022   22:50 Diperbarui: 20 Oktober 2022   17:55 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri IG Ari Budiyanti

Jika judul itu ditanyakan padaku, apa ya kira-kira jawaban yang tepat? Entah. Aku sendiri tidak terlalu yakin dengan jawaban pastinya.

May be yes, may be no
.

Aku pernah belajar merenungi puisi-puisi yang kubaca dalam Alkitab. Kalian tahu, di sana banyak karya sastra besar. Sungguh sumber inspirasiku yang pertama dan utama bagiku. Alkitab, kitab suci yang kupercayai. Tentu saja karena aku seorang kristiani.

Kembali ke judul ya. Apakah aku mencintai puisi?

Sebenarnya akhir-akhir ini bermunculan puisi galau atau semacam dibuat karena baper (terbawa perasaan). Teman-teman pembaca apakah merasakannya ketika membaca puisi-puisi terbaruku?

Banyak puisi bertema cinta, rindu, sendu, patah hati, cinta sepihak, cinta tak berbalas, rindu yang menyiksa, iya semacam itulah. Iya atau tidak, kawan?

Dokpri IG Ari Budiyanti
Dokpri IG Ari Budiyanti
Banyak nasihat mengatakan karena peduli padaku, tak semua rasa dalam hati harus dijadikan puisi untuk diketahui umum kan? Benar dan sangat benar. Itu hak kita. Mau merahasiakannya atau membukanya bagi semua.

But, don't take it personally ya.
Kalau baca puisi-puisiku ya baca saja, nikmati jika bisa. Ada amarah, cinta, getir, bahagia, sedih, sendiri, dan berbagai rasa lainnya yang diramu dalam diksi-diksi yang teruntai menjadi bait-bait kata.


I have to say honestly
ya.
Puisi-puisiku itu bermunculan begitu saja. Itu istilahku. Aku tak pernah menahan kata-kata yang mendesak datang tiba-tiba di hatiku. Terangkai begitu saja menjadi puisi. Ya begitulah. Puisi hati.

Baca juga: Debar

Aku tak pernah menahannya bila inspirasi itu hadir. Kuikuti dan kugenggam. Kutebarkan pena dalam rajutan rasa hingga menjadi kumpulan kata. Begitulah. Sangat mudah untukku sebenarnya berpuisi itu jika sudah hadir rasa mau.

Memang banyak orang mengatakan padaku, bagi mereka berpuisi itu sulit. Tidak bagiku. Puisi itu sesuatu yang mengalir dari hati begitu saja. Syukur kepada Tuhan.

Kompasiana menjadi wadah yang membuatku bisa menuangkan rasa dalam puisi-puisi hati karena selain mudah menulis di sini, ada juga banyak kawan kompasianer yang mengapresiasi puisi. Terima kasih ya kawan-kawan semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun