Sedangku termenung menatap penuh rindu pada bunga-bungaku yang sedang bermekaran indah, tetiba aku dikejutkan oleh kehadiran dua wanita hebat. Satu wanita inspiratif, bu Ester pemilik resep donat yang sedang hits itu, bahkan jadi rebutan banyak ratu dan raja. Satunya lagi wanita ceria nan baik hati, si peri gigi mbak Dewi.
Lama memang kami tak bersua, kusambutlah mereka masing-masing dengan sepiring mie goreng khas taman bungaku. Mie goreng bunga Wijaya Kusuma, iya untuk kesehatan mereka. Menambah energi yang spertinya terkuras habis. Karena nampaknya mereka sedang kelelahan sekali.
Apakah dikejar-kejar kupu-kupu di tamanku atau malah habis mengejar-ngejar kupu-kupu cantik di bebungaanku? Ternyata tidak, menurut kisah yang kudengar, mereka menghindar kejaran karena resep ngehit donat itu yang katanya rahasia.
Selesai makan mie goreng Wijaya Kusuma mereka pamitan dan menghilang begitu saja. Wah, koq aku jadi sedih. Ditinggal begitu saja. Tapi sudahlah, mungkin sudah nasibku saat ini hanya ditemani bunga-bunga dan kupu-kupu di tamanku. Mereka tidak pernah pergi meninggalkanku.
Setidaknya bu Ester dan mbak Dewi sudah bersedia mengunjungi tamanku meski sejenak. Mereka sepertinya sangat sibuk.
Ah sudahlah tak guna juga menyesali kesendirian ini. Aku hanya menatap lagi bunga-bunga indah yang sesekali jadi rebutan kupu-kupu.
Lalu tiba-tiba hati ini ingin membuat serantang puisi. Keindahan alam di hadapanku memberiku inspirasi indah berpuisi. Dan tetiba aku teringat seorang rimbawati cantik yang kudengar juga suka sekali berpuisi. Wah sama denganku.
Rimbawati itu akan kuundang juga melalui puisi-puisiku agar segera mengunjungi pula taman bunga penuh cinta. Mungkin jika aku dan rimbawati ini bersama menikmati bunga-bunga di taman, akan tercipta berantang-rantang puisi.
Ini puisi undanganku untuk rimbawati cantik yang juga penyayang anak-anak, mbak Dinni:
Serantang puisi untuk bersama dinikmati
Maukah kau bersamaku kini
Merangkai kata-kata indah bermakna
Menyenandungkan indahnya bunga-bunga
Pun kepakan sayap kupu-kupu ini
Mungkin jika kau bersamaku di sini
Tak hanya serantang puisi
Kita berkolaborasi meracik cinta
Akan sastra dalam lantunan kata
Lalu kita pun menginspirasi
Berantang-rantang puisi untuk dinikmati
Agar mereka mencintai karya seni
Yang adalah ukiran hati
...
Written by  Ari Budiyanti
5 Juni 2020
Yang disebut-sebut sebagai dewi bunga, peri bunga atau apapun itu. Ah padahal aku hanya pencinta bunga saja.
Note: Cerpen pernah tayang di sebuah blog dengan beberapa penyesuaian
13-2.325
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H