Hari ini tanggal 23 Juli 2022 adalah peringatan hari Anak Nasional. Anak-anak di Indonesia, di mana pun berada, di pelosok desa hingga kota besar, dari belantara hingga pusat pemerintahan, mereka berharga.
Anak-anak perlu dikasihi dan dimulai dengan penerimaan. Ini cara saya.
Penerimaan kondisi anak-anak apapun kondisi mereka saat dipertemukan dengan saya. Itu usaha pertama saya dalam mengasihi mereka. Anak-anak dalam usianya yang masih belia perlu sangat banyak didikan dari kita.
Bukan mereka tidak pandai, hanya keterbatasan pengetahuan di usia mereka. Pengetahuan dalam banyak hal. Tak hanya ilmu semata namun juga tata krama dalam etika kehidupan bersama.
Itulah fungsi keberadaan kita sebagai orang dewasa, harus bisa mengajar mereka berbagai hal untuk membuat mereka mengerti banyak hal juga. Berwawasan luas dan berbudi luhur.
Tentu saja kita yang merasa jauh lebih dewasa dari anak-anak juga harus rendah hati mau belajar dari mereka. Anak-anak sering mengajarkan ketulusan, kemurnian, dan kejujuran dalam kehidupan. Indah bukan?
Bagaimana dengan anak yang spesial atau berkebutuhan khusus. Harus saya akui pemahaman saya sangat minim mengenai hal ini. Ada beberapa buku yang saya baca berkaitan dengan anak-anak berkebutuhan khusus namun itu tak pernah cukup.
Mengajar itu tak harus dalam pendidikan dalam sekolah resmi. Keseharian saya bersama anak-anak pun bisa menjadi media belajar mengajar. Itu bagi saya. Hingga saat ini ada satu anak kecil usia SD berkebutuhan khusus yang cukup dekat dengan saya.
Meski tentu saja kebersamaan kami tidak banyak karena hanya di waktu tertentu saja sepulang sekolah. Relasi dengannya memberi saya banyak pelajaran tentang mengasihi tanpa syarat termasuk di dalamnya ada makna tanpa pamrih.
Pada artikel sebelumnya saya menuliskan kebaikan dalam senyuman dan sapaan. Baca di sini. Selain saya praktekan pada murid saya, juga saya berikan pada anak spesial yang cukup dekat dengan saya.
Sudah lebih dari 6 tahun. Berawal dari hanya senyuman dan sapaan saya yang tidak dibalas, hingga sekarang di mana dia selalu mencari saya di setiap kesempatan yang luang.
Dia suka mendengarkan musik dan saya sering memutarkan lagu anak-anak dalam bahasa Inggris. Ternyata bisa diikutinya dengan baik. Luar biasa.
Terkadang dia menggambar juga di hadapan saya. Saya mengamati dan melihat perkembangan gambar yang dibuatnya. Mulai dari gambar yang sangat sederhana hingga gambar-gambar yang lebih komplek.
Tak jarang juga dia menceritakan isi gambar yang dibuatnya. Itu menjadi kesempatan saya mengerti apa yang dipikirkannya sedikit demi sedikit.
Hari Anak Nasional yang diperingati setiap 23 Juli mengingatkan saya bahwa anak-anak perlu pertama-tama tulus dicintai dan diterima keberadaannya. Termasuk juga mereka yang berkebutuhan khusus.
Saya belajar, berawal dengan senyum dan sapaan sederhana yang tulus ternyata mampu membangun relasi manis dengan anak berkebutuhan khusus. Ini bukan sekedar kisah fiksi belaka.
Ini sebuah kisah nyata yang saya alami dan banyak saksi hidup di sekitar saya tentang hal tersebut.
Saya masih terus belajar berelasi yang baik dengan anak-anak dalam pelbagai keadaan mereka. Suka dan duka. Baik atau buruk. Menjadi media kami belajar bersama.
Seorang guru juga sebaiknya mau belajar tentang kehidupan dari murid-muridnya, termasuk belajar mengasihi dan menerima keberadaan mereka, apapun kondisinya. Bukan tanpa maksud Tuhan mereka ada di kelas kita atau di sekitar kita.
Itulah sekelumit kisah caraku mengasihi anak-anak. Pertama-tama adalah menerima apapun keadaan mereka dengan tulus lalu mengasihi dan baru mendidik mereka dengan benar. Itu adalah kebajikan tersendiri yang kita tebarkan pada sesama.
Selamat Hari Anak Nasional 23 Juli 2022.
..
Written by Ari Budiyanti
23 Juli 2022
27-2.247
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI