..
"Ya gitu deh Mas, rasanya nyesek aja. Ga mood buat nulis kayak dulu. Makanya sekarang aku jarang nulis deh." Anggi bercerita singkat pada Angga setelah mendapat banyak rentetan pertanyaan.
"Nggi. Tuhan kasih kamu talenta menulis. Itu kelebihanmu. Gunakan secara maksimal untuk kebaikan. Bayangkan jika kau sampai berhenti menulis, kamu merugikan dirimu sendiri. Sehebat apa sih pria itu sampai bisa membuatmu ingin berhenti menulis?
Bukankah kamu sudah menulis dengan giat bahkan sebelum kamu kenal dia yang tak mau kau sebutkan namanya itu. Ayo. Be you! Jadi dirimu sendiri. Jaga hatimu untuk bahagia. Mas Angga akan mendoakanmu ya.
Ingat, kamu bisa menghadapinya rasa sakit itu bukan dengan berhenti menulis. Justru sebaliknya. Kamu terus menulis saja seperti biasanya. Perlahan rasa sakit itu akan pergi. Jangan dipelihara dalam hati. Oke."
Angga memberi nasehat panjang lebar pada adik semata wayangnya itu. Iya meski mereka berjauhan tapi Angga tetep peduli dan berusaha memberikan perhatian cukup. Angga selalu menyempatkan waktunya untuk mengecek kondisi adiknya lewat telepon atau tanya-tanya ke Sita sahabat karib Anggi.
"Iya Mas Angga. Makasih. Semoga Anggi bisa ya."
Setelah bercakap-cakap hal lainnya, mengakhiri panggilan telponnya dengan pesan bermakna, "Ingat, selalu bahagia dengan menjadi dirimu sendiri ya. Bye adik kecil. Take care."
Sita menatapnya sambil senyum-senyum, "Pucuk dicinta ulam pun tiba. Koq bisa pas dapat telpon dari Mas Angga ya. Ikatan batin kalian sangat kuat sepertinya."
"Udah malam, tidur Ta. Nitez"
Kebiasaan Anggi deh kalau udah malas berdebat. Sita hanya tersenyum kecil. "Nggi, besok nulis lagi ya." Kata Sita pelan hampir berbisik. Takut Anggi mencubitnya lagi.
...
Bersambung
...
Written by Ari Budiyanti
#CerpenAri
#CerbungAri
20 Maret 2022