Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.888 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 17-07-2024 dengan 2.280 highlight, 17 headline, dan 109.421 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Wanita Bahagia Ini, Seorang Guru

8 Maret 2022   16:52 Diperbarui: 9 Maret 2022   06:37 803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: facebook Kementerian Desa

Saya ingin berkisah tentang seorang wanita yang bahagia dengan profesi pilihannya. Bertepatan dengan International Women's Day, artikel ini saya tuliskan. Hari Wanita Internasional atau Hari Perempuan Sedunia diperingati tanggal 8 Maret setiap tahunnya.

Pertanyaan ini untuk para pembaca wanita:
Apakah Anda adalah wanita bahagia? Apa profesi pilihan Anda saat ini?


Iya ada banyak sekali pilihan profesi untuk wanita saat ini. Mulai dari dokter, pengacara, dosen, dokter gigi, ibu rumah tangga, dan lain-lain.

Kali ini saya ingin bercerita tentang seorang wanita dari desa yang memilih menjadi guru. Tepatnya guru anak. Sebenernya harapan keluarga tentu saja wanita ini bisa memilih profesi lainnya, bukan bekerja sebagai guru anak.

Memang apa yang salah dengan menjadi guru anak? Tidak ada. Itu adalah profesi mulia.

Seseorang harus yakin dengan panggilannya sebagai guru. Ini hal baik yang akan menolong dirinya untuk terus semangat menjalankan profesinya.

Wanita ini ingat, dulu waktu pertama kali dia lulus kuliah, cita-citanya menjadi seorang saintis, peneliti muda. Namun apa daya, segala lamaran yang dikirimkannya ke banyak lembaga penelitian ternyata dikembalikan, bahkan ada yang tidak memberi kabar.

Namun wanita ini tidak menyerah. Ketika akhirnya ada lembaga pendidikan yang menerimanya, dia belajar sebaik mungkin untuk menjadi seorang guru.  

Dia ingat, waktu di akhir kuliahnya, dia sempat mengikuti banyak kegiatan seminar pendidikan. Iya itu sebelum pandemi melanda negri.

Wanita ini harus menyimpan sendiri kecewa di hati ketika Ayahnya sempat merasa tidak sepenuhnya bisa menerima pilihan profesinya sebagai guru anak usia dini. Meskipun dia mengajar di sekolah dengan bahasa pengantar Bahasa Inggris, itu tidak membuat Ayahnya terkesan.

Wanita ini terus bekerja dan menunjukkan kalau dia bahagia dengan pilihan profesi sebagai guru anak. Dia tak hanya bisa meng-upgrade skill Bahasa Inggrisnya di sekolah tempatnya mengajar, namun juga bisa mempelajari banyak hal berkaitan dengan dunia pendidikan.

Kecintaannya pada anak-anak membuat dia belajar bagaimana memahami dunia mereka. Mulai dari kebiasaan anak-anak yang harus menyesuaikan disiplin sekolah, ilmu yang dapat mereka terima pada perkembangan usianya masing-masing dan lain sebagainya.

Hal menarik lainnya bagi wanita ini adalah dia suka mengajar. Kalau sudah mulai mengajar, terasa tak ingin berhenti. Apalagi kalau pelajarannya berkaitan dengan ilmu alam. Dia sangat senang mengajari anak-anak sekaligus mempraktekan ilmu alam dengan kegiatan menarik seperti berkebun.

Selain itu dia yang suka mendongeng juga bisa menyalurkan bakat dan kegemarannya mendongeng di kelas. Kegemarannya mendongeng justru dia terima dan pelajari dari Ayahnya. 

Anak-anak mendengarkan ceritanya sebelum waktu pulang sekolah. Ini waktu khusus yang diberikan. Dia tak hanya membacakan dongeng, namun juga menceritakan kisah-kisah karyanya sendiri.

Dia sungguh bahagia dengan profesinya sebagai guru anak. Rasa bahagianya tak tergantikan dengan apapun ketika melihat jerih lelahnya mendidik anak-anak membuahkan hasil. Saya rasa para guru lainnya paham dengan apa yang dimaksudkan cerita wanita di atas.
..
Menjadi wanita bahagia bukan semata-mata karena profesi yang dijalankan. Percayalah, Tuhan sangat baik dan menciptakan wanita dengan berbagai kelebihan. Tentu saja kecantikan wanita tak boleh hanya dilihat dari fisik semata. Kita, para wanita sudah dihargai oleh Pencipta kita sejak kita diciptakan. Jadilah wanita-wanita yang bahagia.

Kecantikan fisik itu subyektif. Penilaian dan kriteria fisik membuat orang-orang cenderung mengelompokan wanita menjadi cantik dan tidak cantik. Ini sangat deskriminatif menurut saya. Bagaimana seseorang dinilai cantik hanya berdasarkan kriteria fisik semata? 

Jika tidak baik-baik mengenal diri sendiri, wanita bisa terperosok oleh rasa minder karena menganggap dirinya tidak cantik secara fisik.

Kalau Tuhan yang menciptakan kita, para wanita dengan istimewa, ingatlah bahwa kita dicintai oleh Pencipta kita, mengapa merendahkan diri sedemikian rupa dengan kata minder karena merasa tidak cantik?

Anda cantik karena Anda berharga di mata Tuhan. Jadilah wanita-wanita yang bahagia di dalam Tuhan. Pakailah waktumu untuk berbagai kegiatan berguna. Jangan sia-siakan hidupmu dengan terpengaruh oleh penilaian-penilaian negatif saja dari orang lain.

Perbaiki karakter dalam diri. Fokuslah pada kecantikan batiniah Anda.

Dokpri: penulis artikel yang berprofesi sebagai guru anak
Dokpri: penulis artikel yang berprofesi sebagai guru anak
Seperti wanita yang menuliskan artikel ini. Dia adalah wanita yang bahagia. Wanita bahagia ini berprofesi sebagai seorang guru anak. Dia bahagia di dalam Tuhannya yang sudah menciptakan dia indah sejak semula.

Tulisan ini saya dedikasikan khusus untuk semua pembaca wanita. Juga untuk para pembaca pria pada umumnya. Hargai dan hormati para wanita. 

Pesan untuk para wanita dari saya, penulis artikel ini: 

Be a happy woman for you are fearfully and wonderfully made

(Note: "fearfully" dalam frase di atas disepadankan dengan  kosakata"awesome" 

Maksudnya: motivasi untuk menjadi wanita bahagia karena kita diciptakan dengan dahsyat dan ajaib)

Ini lagu favorit saya tentang fearfully and wonderfully made
...

Happy International Women's Day
Selamat Hari Perempuan Sedunia

...

Written by Ari Budiyanti
8 Maret 2022

15-2.067

Tulisan ini diikutsertakan dalam event yang diadakan kolaborasi komunitas di Kompasiana:  Komik dan Ladiesiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun