Saya mengajar kelas baca selama 1 minggu 1 kali selama 30 menit untuk memperlengkapi siswa agar lebih lancar membaca. Kelas baca ini memang saya tujukan kepada beberapa siswa yang mengalami kesulitan membaca dengan lancar.
Bukan hal mudah mengajari siswa membaca dengan menggunakan aplikasi zoom tapi bukan berarti tidak bisa. Kami secara rutin bertemu melalui zoom dan beberapa siswa sudah mulai lancar membaca. Ini memudahkan siswa untuk mengikuti kelas dengan lebih baik.
Saya tidak bisa membayangkan jika para siswa tidak bisa membaca. Apa yang akan terjadi kemudian? Dalam hal ini peran orang tua murid juga sangat berperan penting menolong anak-anak mereka agar bisa membaca dengan lancar.
2. Mengirimkan buku-buku bacaan digital
Mengapa saya mengirimkan buku bacaan digital? Saya tahu keterbatasan saya, tidak bisa bertemu langsung dengan siswa. Saya mengirimkan buku bacaan tersebut dalam bentuk PDF. Tentu saja isi cerita dipilih yang memotivasi siswa.
Melalui buku bacaan digital ini, semua siswa bisa mengaksesnya. Baik yang sudah lancar membaca maupun yang belum lancar membaca. Siswa juga merasa senang karena buku cerita anak ini dilengkapi dengan gambar-gambar menarik.
Selain itu saya juga akan menyediakan waktu membahas secara khusus isi buku cerita anak dalam bentuk digital tersebut tentu saja melalui pertemuan daring menggunakan aplikasi zoom. Anak-anak bergantian membacakan cerita dan kesan mereka pada isi cerita.
3. Memberikan buku cerita anak edukatif
Apa bedanya dengan langkah kedua? Buku yang saya berikan adalah buku cerita yang terdiri dari lembar-lembar kertas penuh warna. Bisa disebut juga buku cerita fisik.
Maksudnya buku tersebut yang bisa dipegang langsung oleh siswa dan dibuka-buka isinya untuk dibaca ceritanya. Buku cerita saya berikan pada waktu siswa mengikuti PTMT di gedung sekolah.