kota besar. Pembaca tahu ya curhatan kisah saya sebelumnya tentang sampah yang menumpuk di halaman luar pagar tempat saya tinggal? Baca kisahnya di sini.
Hari ini ada kisah lainnya tentang balada hidup diKali ini saya mendapat masalah baru. Sore hari, ketika mau keluar rumah, saya kaget, ada mobil diparkir tepat di luar pagar tempat saya tinggal. Pagar ini satu-satunya jalan keluar masuk saya dari halaman ke jalan raya.
Jujur saya kecewa dan sedih. Ingin marah tapi sekali lagi saya tidak melihat siapa pelakunya. Mobil itu milik siapa? Entahlah.
Untungnya badan saya kecil sehingga masih cukup untuk keluar dari celah yang sempit antara mobil yang diparkir dan pagar.
Saya bertanya ke beberapa orang yang tinggal tidak jauh dari tempat saya tersebut. Tidak ada yang tahu. Mereka bilang tak melihat saat mobil diparkir depan rumah.
Pada akhirnya ada tetangga yang memberi informasi pada saya. Mobil tersebut ternyata sangat sering diparkir dan ditinggal pemiliknya selama ini.Â
Parkir tepat di depan pagar rumah orang dengan asumsi rumah tidak ada penghuni. Mungkin karena saya jarang keluar masuk rumah sehingga dikira aman saja parkir di situ. Iya tepat di depan pagar rumah orang.
Ini bukanlah perilaku yang baik. Mempunyai mobil itu hal penting bagi banyak orang karena kebutuhan dan lain sebagainya. Namun tetap memperhatikan kepentingan orang lain. Pastikan tidak parkir di luar pagar rumah orang lain dalam jangka waktu yang terlalu lama.
Ini bisa mengganggu ketentraman bersama. Sebenarnya, sebelumnya saya hampir jarang mengalami kejadian tersebut. Pernah sih beberapa kali, namun saya kira hanya parkir sebentar karena ada keperluan. Jadi saya tidak permasalahkan.
Hari ini saya baru tahu kalau ternyata mobil tersebut parkir di depan pagar dilakukan seharian. Itu menurut informasi dari tetangga sebelah yang melihat. Saya kaget juga dengan fenomena ini. Karena saya merasa sangat terganggu, semoga tidak terulang kembali.Â
Mungkin seandainya masih ada kejadian serupa, akan segera saya beri tulisan: Dilarang Parkir di Depan Pintu Pagar.
Harapan saya sederhana, semoga ke depan tidak ada lagi hal tak mengenakkan seperti yang saya rasakan sore ini. Mari menjaga ketentraman hidup bersama. Bertetangga di kota besar dengan tetap menjalin tenggang rasa.Â
Salam kebersamaan.
.....
Written by Ari Budiyanti
16 Januari 2021
43-1.989
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H