Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.780 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 24-04-2024 dengan 2.172 highlight, 17 headline, dan 106.868 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kisah Bapak Baik, Petugas Kebersihan Pengangkut Sampah Rumahan

15 Januari 2022   09:44 Diperbarui: 16 Januari 2022   10:15 1355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah ini kutuliskan berdasarkan kejadian nyata pagi ini. Ketika saya harus menunggu petugas kebersihan di tempat saya tinggal. Sebut saja namanya Bapak Baik.

Sampah di rumah yang saya tinggali sudah cukup banyak. Karena posisi pagar yang tertutup dan terkunci setiap hari, sampah sulit untuk diambil dan diangkut. Sampah yang menumpuk pasti tidak baik untuk kesehatan.

Saya menunggu di depan rumah sambil berdoa dalam hati. Semoga hari ini jadwal Bapak Baik untuk mengangkut sampah depan rumah ini. Maka dari itu sejak pagi saya sudah bersiap di depan rumah tempat saya tinggal.

Sebenarnya saya kesal, ada sampah-sampah lain yang diletakan di depan rumah tempat saya tinggal dan bukan sampah kami. Koq tega ya menaruh tumpukan sampah di depan halaman rumah orang.

Karena satu dan lain hal, saya memang tidak bisa tegur langsung kebiasaan buruk tersebut. Bukan saya tidak mau melakukannya, tapi itu bukan wewenang saya. Apalagi saya bukan si pemilik rumah. Hanya saja saya terganggu juga.

Singkat cerita, setelah menunggu sekitar 1 jam di depan rumah, saya melihat Bapak Baik. Lalu saya segera buka pagar besi dan minta tolong agar sampah dalam tong besar di rumah tersebut segera diangkut. Bapak Baik ini memang petugas kebersihan di komplek tersebut.

Beliau melakukannya dengan senang hati. Saya pun mengapresiasi tindakannya. Saya tahu itu sudah menjadi tugas Bapak Baik. Meski demikian, sebenarnya ini tugas yang mulia.

Bayangkan saja jika tidak ada orang yang mau menjadi petugas kebersihan mengangkut sampah rumahan. Bagaimana nasib sampah-sampah itu? Saya tak berani membayangkan.

Bapak Baik ini ternyata setiap dua hari sekali mengangkut sampah secara rutin di area tempat saya tinggal. Hanya saja saya tidak terlalu memperhatikan jadwalnya. Saya kalau pagi sedang bekerja dan tidak melihat kehadirannya di depan rumah.

Hanya hari ini saja pengalaman pertama saya harus membantu mengurus pembuangan sampah di tempat saya tinggal. Pas juga hari Sabtu, saya libur. Biasanya ini dilakukan oleh pemilik rumah. Iya karena ada alasan yang tak bisa saya sebutkan, maka saya yang melakukannya. Saya hanya berusaha membantu.

Kembali pada kisah Si Bapak Baik. Waktu saya bertemu beliau, saya agak kaget. Dulu kami sering berpapasan dan bertemu di tepi jalan waktu saya berjalan kaki menuju tempat kerja. Ini terjadi sebelum pandemi. Kami saling mengucapkan salam singkat atau sekedar tersenyum dengan anggukan kepala tanda saling menghormati 

Sejak pelaksanaan pembelajaran online, saya tak pernah ada kesempatan berpapasan degan beliau karena saya kerja dari rumah.

Ada yang baru dengan gerobak sampahnya. Dulu Bapak Baik menggunakan gerobak sampah dorong. Sekarang beliau menggunakan gerobak sampah dengan sepeda motor bagian depannya. Tapi masih sama orangnya, hehe.

Kami mengobrol sebentar. "Wah Bapak kan yang sering ketemu saya kalau pagi ya, dulu pas saya jalan kaki ke kantor." Bapak Baik merespon ramah "Benar Bu, saya masih mengangkut sampah seperti dulu, hanya saja sekarang pakai motor depannya gerobak, tidak lagi didorong. Lama saya tidak melihat Ibu, saya kira tadi sedang menunggu ojek online. Ternyata sedang menunggu saya ya."

Bapak Baik dengan rajin dan giat menyelesaikan tugasnya. Saya juga menjelaskan kalau dua tumpukan sampah di depan rumah yang ada di luar pagar, itu bukan milik kami. Bapak Baik juga mengakui, benar, kalau sampah ini punya tetangga sebelah. 

Bapak Baik tetap mengangkutnya setiap dua hari sekali karena itu memang tugas Beliau. Semoga Bapak Baik dan rekan sejawatnya sehat selalu.

Begitulah kisah saya pagi ini. Sebuah realita kehidupan di kota. Kadang sampah yang bukan milik kita ada di depan rumah tanpa pesan. Ini menyebalkan tapi ada kalanya kesulitan bagi saya menegur pemilik sampah karena saya tidak tahu pasti atau tidak melihat pelakunya.

Mari jaga bersama kebersihan lingkungan kita namun tidak dengan merugikan tetangga kita. Buanglah sampah pada tempatnya dan pada lingkungan kita sendiri jangan dititipkan ke lingkungan orang lain. Bukankah Bapak Baik juga akan datang ke lingkungan rumah Anda?

Salam lestari

...
Written by Ari Budiyanti
15 Januari 2022

39-1.985

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun