Sejak pelaksanaan pembelajaran online, saya tak pernah ada kesempatan berpapasan degan beliau karena saya kerja dari rumah.
Ada yang baru dengan gerobak sampahnya. Dulu Bapak Baik menggunakan gerobak sampah dorong. Sekarang beliau menggunakan gerobak sampah dengan sepeda motor bagian depannya. Tapi masih sama orangnya, hehe.
Kami mengobrol sebentar. "Wah Bapak kan yang sering ketemu saya kalau pagi ya, dulu pas saya jalan kaki ke kantor." Bapak Baik merespon ramah "Benar Bu, saya masih mengangkut sampah seperti dulu, hanya saja sekarang pakai motor depannya gerobak, tidak lagi didorong. Lama saya tidak melihat Ibu, saya kira tadi sedang menunggu ojek online. Ternyata sedang menunggu saya ya."
Bapak Baik dengan rajin dan giat menyelesaikan tugasnya. Saya juga menjelaskan kalau dua tumpukan sampah di depan rumah yang ada di luar pagar, itu bukan milik kami. Bapak Baik juga mengakui, benar, kalau sampah ini punya tetangga sebelah.Â
Bapak Baik tetap mengangkutnya setiap dua hari sekali karena itu memang tugas Beliau. Semoga Bapak Baik dan rekan sejawatnya sehat selalu.
Begitulah kisah saya pagi ini. Sebuah realita kehidupan di kota. Kadang sampah yang bukan milik kita ada di depan rumah tanpa pesan. Ini menyebalkan tapi ada kalanya kesulitan bagi saya menegur pemilik sampah karena saya tidak tahu pasti atau tidak melihat pelakunya.
Mari jaga bersama kebersihan lingkungan kita namun tidak dengan merugikan tetangga kita. Buanglah sampah pada tempatnya dan pada lingkungan kita sendiri jangan dititipkan ke lingkungan orang lain. Bukankah Bapak Baik juga akan datang ke lingkungan rumah Anda?
Salam lestari
...
Written by Ari Budiyanti
15 Januari 2022
39-1.985