Mbak Dewi juga selalu memberi semangat untukku di masa-masa lelah batin dan raga. Rasanya kalau mbak Dewi tidak di sampingku memberi dukungan, aku sudah lama berhenti menulis di Kompasiana.
Mbak Dewi, aku sebenarnya selalu menunggu karya-karyamu yang membuatku terpesona. Mbak Dewi sebenarnya sangat berbakat dalam menulis baik artikel maupun karya puisi.Â
Aku bahagia saat akhirnya kita bisa bersama-sama menerbitkan buku puisi yang perdana. Karyamu dalam 1 buku bertajuk: Sebingkai Rasa dalam Sejuta Kenangan.
Namun kesibukanmu sebagai dokter gigi dan ibu rumah tangga membuatmu jarang menayangkan karya.
Meski begitu, Mbak Dewi selalu rajin mengunjungi karyaku. Membacanya, memberi vote dan komentar yang intinya mendukungku. Memiliki sahabat sepertimu adalah anugerah besar bagiku.
Iya, Tuhan sudah sangat baik padaku dengan mengirimmu sebagai sahabat dalam suka dan duka. Kisah-kisah perjalanan literasi kita berdua, semoga nanti bisa dibukukan dan menjadi jejak kebersamaan bagi generasi yang mendatang.Â
Nanti seandainya tak ditemukan lagi tulisan-tulisan baruku di Kompasiana, semoga Mbak Dewi tetap membaca karyaku di tempat yang lain ya.Â
Terima kasih banyak Mbak Dewi untuk persahabatan kita. Ada banyak cerita. Ada banyak doa. Bahkan ada beberapa buku kolaborasi yang menayangkan artikel kita. Semoga Mbak Dewi sehat selalu dan bahagia bersama keluarga besar.
Aku ingin bercerita lebih banyak tentang kisah perjalanan kita dalam dunia literasi. Namun ada hal-hal indah yang cukup kita berdua yang tahu. Tawa, tangis, bahagia, duka, dan segala rasa yang muncul mengiringi persahabatan kita.Â