Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.780 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 24-04-2024 dengan 2.172 highlight, 17 headline, dan 106.868 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Literasi Bersama di Kompasiana

6 Desember 2021   05:26 Diperbarui: 6 Desember 2021   14:00 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: pixabay.com

Di sini, kita membangun literasi, mengalir bersama narasi-narasi, ungkapkan persepsi, melalui karya fiksi atau non fiksi,
Takjarang memunculkan asumsi atau bahkan naik tensi tapi itu adalah hak asasi
Tidak bisa membatasi di sini
Kita belajar banyak sisi dengan beragam isi, ya menulis adalah opsi sebagai edukasi
Tidak perlu gengsi, takharus ada friksi apalagi intervensi atau bahkan emosi
Kita tunjukkan saja potensi, buktikan dengan prestasi dari spasi ke spasi, dari edisi ke edisi

Literasi tak sekedar menulis dan membaca
Literasi meningkatkan kualitas hidup kita
Literasi membangun komunikasi sosial bersama
Di kompasiana kita bertemu dan saling menyapa
Hangat dan akrab bak saudara yang lama tak sua

Saling bertukar informasi di rumah bersama
Menambah teman dan saudara
Terjalin suatu persahabatan yang sangat erat
Walaupun tak pernah bersua tetapi terasa begitu dekat

Lalu kubiarkan penaku kembali menari dalam aneka nada rasa yang tercipta
Membangun bahagia dan kebaikan untuk sesama
Berteman aksara-aksaramu
Sehingga terkadang literasi kita menyatu dalam rangkaian kata yang tak jarang berupa puisi

Puisiku adalah larik kata biasa yang bagimu terasa lebih bermakna
Kala isi hati kita tercurah dalam karya, tersulam melalui getaran aksara
Senyum terkulum menambah manis bibirmu
Saat kau lantunkan apa yang tersurat satu per satu pada kumpulan puisi nan syahdu
Menggelorakan segenap isi kalbu

Katanya kata-kata semua bisa kukatakan Begitu kata penyair pada saat kutemui lema yang tergeletak; terserak di atas meja
Aku mengeja beberapa kata saja
Sementara, temaram tubuh aksara mencari makna, hilang entah di mana

Jiwa bergetar, tubuh gemetar
Sendi-sendi lutut terasa goyah
Cahaya sekecil apa pun terasa menyilaukan
Perasaan penuh penat mendera
Tiada sukacita, hari-hari terasa penuh nestapa
Tatap mata orang-orang seperti menghakimi
Seakan hidup di kandung badan terasa bak olok-olok bagi semesta
Bahkan nestapa mendapatkan tempat ketika berada di antara rekan-rekan penggiat literasi di Kompasiana

Kularungkan kata di lautan bernama kompasiana
Menyampaikan pesan sejuta makna
Berharap sampai ke seberang sana
Terbaca akan semua makna yang ada

Kalimat bermakna ada dalam jiwa
Bersenyawa dengan pikiran dan nurani
Menjelma kata-kata menguntai narasi bernyawa
Bersemayam menjadi ruh dalam pikiran dan menjelma dalam tindakan

Kabut menguap, embun meniti cahaya emas, surya menguak rimba frasa di sela-sela rimbunan kata, menyongsong fajar menyingsing, gembira mengorkestrasi kata-kata menjelma puisi
Grandioso! Bermekaran satu delapan delapan satu karya dalam simponi indah pun megah.

....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun