Kupu-kupu terbang menembus malam
Memetik bunga disemai bulan
Bergabung  dengan pupur dan gincu di langit tawa
penuh luka
Mencari tempat beristirahat namun tiada
Pepohonan dan bunga-bunga yang biasa tetiba lenyap
Hingga pagi menjelang petualang malam menjadi lelah
Karena luka yang tak jua pulih
Kupu-kupu terbang membelah langit. Hendak diselubunginya matahari dengan sayap-sayapnya. Dia ingin malam seketika datang. Seseorang sudah menunggunya di Kramat Tunggak.
Lini kota memeluk malam daratkan sinar candrakala, menantang kepakku lengkapi sajak yang layu digigit waktu.
Remang rembulan lunas membeli terang surya. Tadi, saat sejuk senja tiba memoles luka Kramat Tunggak tergiling masa.
Di tengah bau keringat, kurebahkan sayap dalam rangkul temaram lampu kota. Aku ingin mendusta kini adalah nista.
Namun luka ini mana sempat dipercaya.
Lampu temaram menuai kembali sebuah masa. Legit menggoda, mengurung luka..
Kupunya kupu-kupu hitam
Entah bersembunyi ke mana ketika malam
Kupunya kupu-kupu saat malam menyulam dalam kelam
Namun kupu-kupu itu telah luka dan tak tahu bagaimana kan pulih seperti sedia kala
....
Puisi kolaborasi oleh Pak Budi, Ari, Pak Felix, mbak Ayu, Pak Katedra
November 2021
41-1.857
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H