Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 3.000 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 20-12-2024 dengan 2.392 highlights, 17 headlines, 112.449 poin, 1.133 followers, dan 1.315 following. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Uang dan Sebuah Pilihan: Menolong Orang Lain atau Memenuhi Keperluan Diri Sendiri Saja

8 Oktober 2021   02:00 Diperbarui: 8 Oktober 2021   02:06 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia hidup pasti membutuhkan uang. Tidak bisa dipungkiri kalau uang sangat mendominasi khususnya dalam memenuhi aneka keperluan. Segala sesuatu seperti selalu perlu uang. 

Pendidikan perlu uang. Pemenuhan sandang ,pangan, dan papan juga membutuhkan uang. Keluarga pun butuh uang. Lalu bagaimana mengatur keuangan agar setiap bulan tercukupi dengan pemasukan yang diterima. 

Bagaimana mengelola pengeluaran agar tidak lebih besar dari pemasukan?

Ini cara sederhana yang saya lakukan. Setiap bulan saya sudah membuat senarai kebutuhan primer atau pokok. Kebutuhan lainnya juga saya perhitungkan. 

1. Kebutuhan pokok berupa pangan.

Setiap bulan saya sudah menyisihkan sejumlah uang yang saya khususkan untuk membeli makanan. Uang tersebut tidak bisa diganggu gugat untuk keperluan lain. Pemenuhan kebutuhan makanan sangat penting untuk kesehatan. 

Uang pemasukan yang saya terima tiap bulan cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi makanan termasuk vitamin dan serat dalam buah-buahan dan sayur-mayur. 

2. Kebutuhan pokok berupa papan atau tempat tinggal.

Saya sebagai anak kos tentunya harus membayar uang sewa kos tiap bulan. Jumlahnya sudah pasti dan tidak berubah tiap bulannya. Uang kos ini sudah termasuk penggunaan listrik dan air. Saya sudah menyisihkan sejumlah uang untuk kebutuhan ini.

3. Kebutuhan pokok berupa sandang. 

Saya tidak terlalu sering membelanjakan uang untuk membeli baju. Jadi kebutuhan saya pada bagian ini tidak terlalu banyak. Paling jika sesekali saya mencuci pakaian di laundry akan ada pengeluaran tambahan. Ini jarang saya lakukan. Hanya sesekali saja kalau pekerjaan saya banyak dan tidak sempat mencuci sendiri.

Saya membeli keperluan bulanan berupa sabun cuci atau detergen dan pernak-pernik lainnya untuk kebersihan pakaian yang saya miliki. 

Selanjutnya uang yang masih tersisa juga sudah ada bagian-bagiannya. Salah satunya adalah memberikan uang bulanan untuk mama saya. 

Seberapa banyak pun pemberian saya ke mama tidak akan pernah cukup untuk membalas cinta kasih dan pengorbanan mama selama ini. Jadi memberi uang setiap bulan pada ibu yang saya panggil selalu dengan sebutan mama adalah hal yang wajib buat saya. 

Kebutuhan lainnya yang sekarang menjadi tanggungan saya tiap bulan adalah pembayaran uang PDAM di rumah mama. Meskipun saya kos, namun tidak menutup mata pada kebutuhan di rumah mama.

Kalau masih ada uang yang tersisa, saya selalu menyisihkannya untuk ditabung. Komitmen untuk menabung tiap bulan sudah membuahkan hasil.

Saya mempunyai dana cadangan jika sewaktu-waktu dibutuhkan mendadak. Iya,uang tabungan.

Pandemi yang melanda Indonesia memberi dampak yang tidak kecil untuk kehidupan keluarga terdekat saya. Ini menjadi sebuah pilihan dan seperti dilema. 

Apakah tetap bersiteguh dengan prinsip menabung tiap bulan, atau menggunakan uang tersebut untuk menolong keluarga yang membutuhkan? 

Ketika berkeinginan kuat tetap menabung tiap bulan, ternyata uang tidak cukup. Uang pemasukan selalu habis tiap bulan demi memberi bantuan pada anggota keluarga lainnya.

Mereka membutuhkan uluran tangan dan mengalami kehidupan lebih sulit karena pandemi. Bahkan dalam beberapa kesempatan, saya sampai terpaksa mengambil uang tabungan sebagian untuk menolong dan menopang kehidupan mereka. 

Perlu sebuah ketulusan dan kerelaan kalau hasil kerja saya selama ini, kerja keras saya, ternyata digunakan untuk menopang keluarga yang membutuhkan. Jika saya hanya memikirkan diri sendiri saja, saya pasti bisa menabung lebih banyak lagi. Namun hati nurani meminta saya untuk menolong mereka. 

Saya sadar benar, uang yang saya miliki tidak seberapa namun saya selalu cukup, tidak berkekurangan, bahkan sempat bisa menabung tiap bulam. Itu semua adalah pemberian Tuhan. Titipan Tuhan untuk saya kelola dengan baik.

Jika Tuhan mengijinkan saya mengetahui kebutuhan orang lain yang dekat dengan saya, dan saya bisa menolongnya, maka saya lakukan itu. Tolonglah dalam segala ketulusan. 

Jadilah saluran kebaikan Tuhan bagi sesama di sekitar kita. 

Kecuali jika saya sendiri berkekurangan, mungkin saya tidak bisa menolong oramg-orang terdekat. Meskipun kenyataannya masih saja ada ormag-orang yang menolong sesamanya bahkan dalam keadaan dia juga kekurangan sendiri. 

Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda juga akan berbagi pada sesama dan menolong mereka yang membutuhkan uluran tangan?

Pandemi jangan membuat kepedulian sosial kita ikut terkikis karena mementingkan diri semata.

...

Written by Ari Budiyanti

8 Oktober 2021

13-1785

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun