Artikel saya kali ini sudah mencapai angka 1584 di Kompasiana. Teman-teman bisa lihat statistik saya di profile K. Saya juga cantumkan pada gambar di bawah ini.Â
Pagi tadi dalam sebuah pertemuan melalui zoom saya diingatkan mengenai bagaimana  kita menggali potensi diri dan mengembangkannya bagi kebaikan tak hanya diri sendiri saja namun juga sesama.
Jujur ini bukan pengertian yang pertama saya dapatkan. Meskipun begitu memang sering diingatkan berulang kali agar tidak berhenti di tengah perjalanan dalam menggali potensi diri.
Salah satu potensi saya dalam menulis puisi berbagai tema telah dirasakan oleh banyak pembaca. Bukan hanya ratusan puisi telah saya tulis. Sudah ada 1.000 lebih puisi yang pernah saya tulis.
Respon positif termasuk apresiasi pada karya puisi saya tidak sedikit yang saya terima di Kompasiana. Ini menjadi salah satu penguatan dari faktor di luar diri saya tentang potensi yang saya miliki. Sebuah pengakuan umum dari pembaca.
Puisi-puisi saya berbicara dari hati yang terdalam dan saya harapkan bisa menyentuh hati yang terdalam bagi para pembaca. Saya memang sempat mengalami masa-masa tidak menyenangkan yang membuat saya seperti ingin berhenti berpuisi.Â
Kebahagiaan berpuisi seolah lenyap. Namun tidak membuat saya sama sekali tidak berpuisi. Dorongan dari hati terus meminta saya mengungkapkan lewat larik-larik kata dalam bait-baitnya meski penat melanda hati.
Saya seperti ingin mematikan/menghentikan potensi yang sudah melekat pada diri saya dengan sengaja. Saya merasa bersalah pada diri sendiri dan pada Tuhan yang sudah memberikan potensi itu pada saya. Saya menyesal karenanya.
Pada artikel ini, pencapaian menulis ide ke- 1585 dan sudah menggapai 1.111 label pilihan editor mencapai status sebagai penulis jenjang Fanatik di Kompasiana, dengan pencapaian 60.000 poin lebih, saya memutuskan untuk kembali aktif berpuisi lagi di sini.