Kawan, aku ingin menulis sebuah surat rindu untukmu. Kenangan tentang masa lalu membuat hati membiru. Aku rindu tawa ceriamu yang dulu. Yang kini sudah hampir tiada nampak lagi.
Kawan, pandemi ini memang sangat menyiksa bagi banyak lapisan masyarakat. Aku dan kamu merasakan juga. Ketika usahamu harus gulung tikar padahal keluarga masih membutuhkan dukungan. Hati merasa sangat sukar.Â
Kawan, aku kehilangan banyak canda tawamu. Kini kau seperti sengaja bersembunyi dari realita beratnya beban hidup. Melalui surat ini aku ingin memberikan dukunganku. Bolehkah kutemani kau berjuang. Mari hadapi bersamaku seperti dulu.
Kawan, aku menunggu kau kembali membagikan kisahmu. Aku tahu ini tak mudah. Namun kau dan aku tahu, bahwa semua masalah yang datang pada kita tentunya bisa kita tanggung. Bukankah demikian yang selama ini kau dan aku pelajari.Â
Kawan, aku masih terus menangkupkan tangan berdoa di setiap malamku untukmu. Aku rindu semangatmu yang berkobar lagi. Semoga pada kesempatan berikutnya saat kita bertemu, kondisimu membaik. Aku rindu tawa ceriamu yang dulu.Â
..
Teruntuk kawan-kawan yang terimbas pandemi di bidang ekonomi
...
Written by Ari Budiyanti
30 Januari 2021
Artikel ke 1309
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H