Pendidikan adalah hal yang sangat penting dalam keluarga kami. Bapak dan Ibu menyadari betapa anak-anaknya harus mendapat pendidikan yang layak. Karena itu pilih sekolah atau pilih kampus menjadi perhatian khusus dalam keluarga kami.
Tidak hanya mengikuti wajib belajar 9 tahun saja, namun diharapkan bisa sampai jenjang berikutnya. Itulah tekad kedua orang tua kami. Ini kisah saya di masa lalu.
Sebagai anak perempuan yang baru lulus SMP, ada sedikit ragu dan cemas dari keluarga untuk bersekolah di luar kampung halaman. Saat itu memang secara prestasi akademik, saya masuk 3 besar di SMPN 1 Sidareja.Â
Ibu melihat ada kesempatan buat saya melanjutkan ke SMA yang terkenal kualitasnya sampai ke desa kami. Iya, SMAN 1 di kota Purwokerto. Sekolah yang menjadi incaran anak-anak di kampung kami.
Antara senang mendapat kesempatan belajar di sekolah favorit dan juga cemas jika tidak diterima. Perasaan itu masih terkenang hingga saat ini. Meski pada akhirnya saya diterima dan berada di urutan bawah secara nilai, setidaknya bisa masuk sekolah idaman itu.Â
Kumpulan anak-anak berprestasi ada di sana dari segala penjuru kota dan desa tersekat dengan Purwokerto. Perjuangan saya tidak mudah berada di antara anak-anak pintar itu.Â
Apalagi dengan keterbatasan dana yang ada, saya tidak bisa mengikuti kelas tambahan di luar sekolah seperti les dan sebagainya. Bapak dan Ibu berjuang keras untuk membiayai sekolah saya di Purwokerto.Â
Pendidikan saya menjadi hal yang utama untuk dipenuhi, caranya dengan mengijinkan saya bersekolah di sekolah yang terbukti bermutu tinggi di masa itu. Pilihan sekolah saya pada waktu itu berdasarkam kualitas sekolah
Lulus dari SMA, saya dilanda kebimbangan. Akan melanjutkan ke perguruan tinggi apa? Lalu ambil jurusan apa? Ada banyak tanya di masa itu.
Bapak dan Ibu memberi kebebasan dengan 1 syarat utama harus di Universitas Negri. Pada masa itu, Universitas Negri mendapat banyak subsidi dana pendidikan dari pemerintah sehingga biaya per semester masih terjangkau oleh keluarga kami.Â
Saya masih ingat, demi sebuah keingainan besar untuk lanjut kuliah, saya pun mencoba mendaftar program D3 di kampus ternama di Yogyakarta. Iya di UGM. Â Pikir saya yang penting diterima dulu di Universitas Negri. Karena itu yang saya daftar pasti juga Universitas Negri.Â
Pengumuman diberikan dan saya diberi kesempatan memilih oleh Bapak, mau masuk UGM program D3 Kehutanan atau D3 Kedokteran Hewan. Karena keduanya saya diterima. Akhirnya saya pilih D3 Kehutanan.Â
Entah apa yang Bapak perbincangkan pada saat hendak membayar uang kuliah. Bapak mengajak saya pulang dan minta menunggu hasil pengumuman UMPTN saja. Nanti kalau tidak diterima, baru kembali ke UGM untuk ambil D3 saja.Â
Saya menurut saja. Meski saya sempat kecewa. Saya sudah merasa senang dan bangga melihat kampus UGM, Fakultas Kehutanan. Adem, sejuk dan segar karena banyak pepohonan.Â
Sebagai anak, saya pun patuh pada anjuran Bapak. Sampai akhirnya pengumuman UMPTN pun tiba, saya ternyata diterima di Universitas Negri di Surabaya. Program Studi Sarjana, bukan D3. Bapak dan Ibu langsung meminta saya ambil itu saja.
Bahkan pada saat skripsi, saya bisa ambil bidang yang amat saya sukai. Kultur Jaringan Tanaman. Masuk dalam biotekhnologi. Senang sekali rasanya. Apa yang saya impikan dan bayangkan terwujud.
Saya memang sejak dulu sangat ingin belajar tekhik kultur jaringan pada tanaman. Saya melakukan penelitian terhadap pohon jati emas.
Bahagia saya tidak kepalang bisa belajar di Universitas Negri sesuai bidang minat saya. Orang tua berusaha memenuhi biaya yang dibutuhkan. Kakak-kakak saya juga banyak terlibat membantu Bapak dan Ibu hingga saya selesai kuliah.Â
Sekali lagi, peran orang tua saya di sini adalah memfasilitasi anak untuk pendidikan yang terbaik bagi masa depannya.
Kalau boleh jujur, saya ingin sekali jadi peneliti yang kerja di laboratorium. Sepertinya keren. Namun jelang akhir perkuliahan, saya banyak mengikuti aneka seminar pendidikan dan membaca buku-buku pendidikan.
Akhirnya, menjadi guru adalah pilihan hidup saya. Ini panggilan hidup yang saya responi sampai sekarang. Saya bersyukur kepada Tuhan untuk orang tua yang memberikan prioritas utama pada pendidikan saya, anak perempuannya.Â
Itu kisah saya, terkenang masa lalu ketika hendak memilih sekolah dan kampus untuk pendidikan. Semoga kisah ini menginspirasi pembaca. Prioritaskan untuk memilih sekolah atau kampus yang berkualitas dan sesuaikan dengan kemampuan keuangan keluarga.Â
Jika memungkinkan, kejarlah beasiswa.
Salam edukasi
..
Written by Ari Budiyanti
11 Januari 2021
Artikel ke 1265
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H