Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.780 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 24-04-2024 dengan 2.172 highlight, 17 headline, dan 106.868 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Seberapa Besar Anda Mencintai Pohon? (Refleksi Kisah Amrita dan Keteladanan Bapak)

21 November 2020   13:58 Diperbarui: 22 November 2020   06:43 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: jurnalposmedia.com

Hari ini, tepat tanggal 21 November 2020 diperingati sebagai hari pohon sedunia. Saya langsung teringat pada sebuah kisah yang pernah saya baca di perpustakaan sekolah. Kisah ini berjudul "Amrita and the Trees". Mungkin ada banyak pembaca yang sudah tahu kisah ini. Saya akan menceritakan sedikit saja kisah Amrita.

Amrita adalah seorang gadis yang sangat mencintai pohon. Bagi dia, pohon ini sangat berjasa untuk kehidupan manusia. Satu pohon saja sudah amat banyak membantu kehidupan di sekitarnya. 

Suatu kali ada perintah dari raja untuk menebang pohon di sekitar desa Amrita. Amrita memohon pada para utusan raja agar tidak menebang pohon-pohon itu.

Namun mereka tidak mendengarkan Amrita. Mereka bersikeras melakukan perintah raja untuk menebang pohon-pohon itu. Amrita melakukan tindakan berani dengan memeluk pohon itu. Dalam kisah yang saya baca memang ada akhir bahagia, karena raja memutuskan menebang pohon-pohon yang jauh dari tempat tinggal Amrita.

Pohon-pohon di desa tempat Amrita tinggal dapat diselamatkan. Setidaknya cerita ini memberi pesan moral yang sangat baik untuk anak-anak. Bagaimana mereka harus bisa mencintai lingkungan, terutama pepohonan di sekitar mereka. 

Namun, jika Anda baca kisah asli dari Amrita Devi yang hidup pada tahun 1731, kisahnya sungguh menyedihkan. Saya bahkan tidak tega menuliskannya. Anda bisa baca di sini.

sumber foto: www.eltbooks.com
sumber foto: www.eltbooks.com
Kisah Amrita sebagai pengantar artikel ini. Seharusnya kita yang tinggal di Indonesia, negara kepulauan, ada banyak pohon di sini, juga bisa lebih mencintai pepohonan. Hutan yang dikenal sebagai paru-paru dunia ada banyak di Indonesia. 

Setidaknya itu dulu. Bagaimana dengan sekarang? Apa yang terjadi dengan hutan kita? Masihkah sehijau dan serimbun dulu? Bisakah Anda membantu saya menjawab?

Ada pengalaman di masa kecil saya. Ketika naik bus umum dan melintasi area hutan, saya selalu merasa senang dan segar. Hutan nampak sangat rimbun dan segar. 

Bahkan di kejauhan nampak perbukitan yang penuh dengan pohon-pohon hijau. Namun sekarang, hutan yang sama sudah tidak lagi dalam keadaan sama. Saya merasa lebih panas jika melewati jalan yang sama. 

Bukit-bukit yang dulu penuh dengan pepohonan besar pun sudah berkurang banyak. Pemandangan yang saya lihat, ada perubahan tanaman. Ada banyak tanaman singkong dan bahkan malah ada yang tanpa tanaman sama sekali. 

Kemana pohon-pohon itu pergi? Rasanya, hati ini sangat sedih.

Saya secara pribadi juga mencintai pohon. Ada beberapa artikel tentang pohon saya tulis di Kompasiana tahun lalu. Anda bisa cek daftarnya berikut ini:

1. Selamat hari pohon sedunia sudahkah anda menanam pohon

2. Manfaatkan bibit pohon gratis dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk menjaga ketersediaan air di kota Jakarta

3. Tanam dan rawat 25 pohon selama kita hidup Anda mau

4. Bibit tanaman gratis dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI

5. Berkebun menjadi pilihan saya dalam usaha menjaga kualitas udara

Semoga artikel-artikel di atas berguna bagi Anda para pembaca sekalian. Sudahkan Anda dan saya berterimakasih pada pohon? Pohon hanya perlu tempat untuk tumbuh. Berikan tempat di halaman rumah Anda. 

Pemerintah bahkan sudah menyediakan bibit pohon gratis. Info lengkapnya bisa Anda baca pada artikel saya di atas. 

Beruntung bagi saya, Bapak sudah sejak kecil mengenalkan aneka jenis pohon berbuah dengan menanamnya di halaman rumah. Mulai pohon jambu biji, jambu air, mangga, srikaya, sirsat, kelapa, belimbing dan lain-lain. Bapak mengajari saya untuk mencintai pohon dengan menanam dan merawatnya. 

Sekarang di halaman rumah kami masih tetap ada pohon meski tidak sebanyak masa kecil saya. Ada pohon mangga, cemara, sikas, beringin dan palem. Semua pohon itu ditanam dengan penuh cinta. 

Pepohonan yang rindang juga menjadi tempat tinggal bagi burung liar dan aneka serangga. Tanpa disadari, kami ikut melindungi kelestarian hewan liar seperti burung dan aneka serangga. 

Hari Pohon Sedunia, mengingatkan saya selalu pada almarhum Bapak yang sepanjang hidupnya sangat mencintai pohon. Kisah Amrita yang rela melindungi pohon, sungguh mulia. 

Demikian pula teladan Bapak, mencintai pohon adalah dengan melestarikan keberadaannya. Selamat Hari Pohon Sedunia. Mari lestarikan hutan kita. Mari lakukan reboisasi pada hutan-hutan yang sudah terlanjur ditebangi. Salam Lestari.

...

written by Ari Budiyanti

21 November 2020

artikel ke 1175

#klhk

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun