Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.888 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 17-07-2024 dengan 2.280 highlight, 17 headline, dan 109.421 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kakakku, Sahabat Sejatiku (Sebuah Kisah Literasi)

15 September 2020   11:24 Diperbarui: 15 September 2020   11:48 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Awalnya aku selalu putus asa karena tak kudapati karyaku yang dimuat dan itu seringkali membuat mbak Irna menyindirku. Sedih juga rasanya, tapi mas Iwan selalu membangkitkan semangatku. Meskipun dia sangat sibuk dengan pekerjaannya di rumah sakit, ia tetap setia mendampingiku saat menulis.


Hari terus berlalu dan aku terus menulis, minimal satu karya dalam satu hari. Sampai suatu sore, disaat aku membaca kisah biografi ibu Kartini, tiba-tiba mas Iwan datang dengan membawa tabloid sambil tersenyum ceria. "Via, lihat, satu puisimu dimuat dalam tabloid ini, puisimu yang berbicara tentan kepedulian kita terhadap alam."


Aku menyambut dengan ceria dan tawa riang hampir tidak percaya tapi itu memang benar karyaku. "Hore karyaku dimuat", aku berseru kegirangan. "Ada apa ini, ribut sekali!"mbak Irna keluar dari kamar dan bertanya kepada kami. "Irna, puisinya Via dimuat." Jawab mas Iwan bersemangat. "Oh, aku pikir ada apa, begitu aja ribut banget. Bikin orang kaget aja."
Mbak Irna sama sekali tidak antusias dengan keberhasilanku, lalu kembali lagi ke kamarnya. 

Aku kecewa sekali, tidak ada ucapan selamat sedikitpun. Aku terdiam. "Sudah, jangan dipikirkan, setiap orang mempunyai hobi masing-masing. Mungkin saja mbak Irna tidak bisa memahami indahnya menulis, apalagi sampai karyanya dimuat, jangan kecil hati."


Aku sudah menyelesaikan kuliahku di sastra, tepat 4 tahun. Aku sudah menghasilkan banyak tulisan dan cukup uang honor dari setiap karyaku yang dimuat. Sampai suatu hari aku ditelpon seseorang dari tim editor suatu majalah. 

Aku diajak bertemu dengan tim penerbit buku, mereka menawarkan hendak membukukan karya-karya puisi dan cerpenku karena menurut mereka isi dari karya-karyaku memberi terobosan baru yang dapat membangun pola pikir setiap pembacanya menjadi lebih maju.


Aku tidak berani memutuskan, dan segera menelpon mas Iwan untuk minta pendapatnya. Mas Iwan langsung mengiyakan dan berjanji akan membantuku memilih karya-karyaku yang pantas untuk dibukukan. Singkat cerita, aku menemui penerbit buku tersebut dan menandatangani kontrak penulisan buku.


Malam harinya, saat semua berkumpul di ruang keluarga. Mbak Irna bertanya, "Via, sepertinya tadi kamu aku dengar kamu menandatangani kontrak untuk penulisan buku, benar? Kenapa tidak kau ceritakan pada papa, mama?"


"Iya Mbak, aku mau cerita. Begini Pa, Ma, ada satu penerbit tertarik untuk membukukan karya-karyaku karena menurut mereka karya-karyaku mempunyai nilai lebih." kataku dengan tidak bersemangat, karena mas Iwan tidak memperhatikanku. "Bagus itu, akhirnya cita-citamu terwujud, Papa bangga dengan usahamu sayang." kata papa dengan tulus.


Sementara mama terus membelai rambutku sambil berkata, "Terus berjuang ya Via sayang." Aku mengangguk, "Terimakasih Pa, Ma." Seusai makan malam kami berbincang banyak hal tapi tanpa mas Iwan, lalu papa dan mama juga minta maaf atas kejadian dulu ketika mereka tidak mendukungku, juga mbak Irna.


Hampir 4 tahun aku harus menahan semuanya dan malam itu aku sangat terharu dan bersyukur pada Tuhan. Sebelum tidur, aku menemui mas Iwan di ruang kerjanya. Kudapati mas Iwan sedang membaca puisi-puisiku, lalu bertanya padaku, "Apa yang kau rasakan sekarang Via?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun