Seorang teman menghubungi saya lagi via pesan Whatshapp kemarin malam. "Ari, bisa beri referensi buku Anak? Tapi selain Totto Chan dan Kisah Laura ya. Dua buku itu sudah selesai dibaca." Langsung saja sederetan judul buku klasik cerita anak best seller internasional berkelebatan di kepala saya.
Totto-Chan (The Little Girl at the Window) karya Tetsuko Kuroyanagi memang pernah saya infokan sebelumnya ke teman saya ini. Kalau kisah Laura yang ada dalam serial buku The Little House on the Prairie memang kisah klasik terkenal sepanjang jaman. Buku-buku karya Laura Ingalls Wilder ini selalu menjadi buku-buku favorit saya.
"Coba baca buku Heidi karya Johanna Spyri, Little Princess karya Frances Hodgson Burnett, Secret Garden juga bagus pengarangnya sama dengan buku Little Princess." Percakapan kami berlanjut. "Kalau ada yang tokoh utamanya cowok, apa ya kira-kira judul bukunya?"
Setidaknya itu judul-judul buku yang pernah saya baca ceritanya. Saya punya buku-buku tersebut, kecuali Oliver Twist, saya pinjam teman. Saya juga menceritakan garis besar buku-buku tersebut pada teman yang bertanya. "Oke, makasih Ari." Demikianlah salah satu percakapan saya.
"Mbak Ari, kalau mau baca-baca buku-buku tentang wanita, apa ya kira-kira yang pas buat aku?" tanya seorang adik kelas. Beberapa buku yang saya sarankan kepadanya adalah Ia Dinamai Perempuan seri 1 dan 2Â karya Gien Karsen. Juga buku berjudul Wanita Bahagia karya Beverly La Haye, saya rekomendasikan.
Lah saya kan perempuan ya. Tapi mungkin karena sudah terlanjur dicap sebagai kutu buku di mana-mana, maka tetap saja mereka tanyakan. Saya rekomendasikan buku berjudul The Father Connection karya John McDowell. Setidaknya itu salah satu buku yang saya pernah baca.
Ini kelemahan saya, kalau sudah diajak membicarakan tentang buku, saya akhirnya lupa bagaimana caranya berhenti berkata-kata. Dengan kata lain saya akan bicara terus, sambung menyambung dari satu judul ke judul lainnya. Tentu saja sesuai dengan tema yang diajukan lawan bicara. Tapi hanya jika buku-buku itu sesuai minat saya.
Buku adalah barang mewah untuk saya. Bukan hanya mewah, tapi juga istimewa. Masa kecil saya penuh dengan kenangan dengan aneka buku yang hanya bisa dibaca dan tidak bisa dimiliki, seperti aneka buku karya Hans Christian Anderson.Â
Saya baca-baca buku bagus itu punya sahabat karib saya. Masa remaja hingga kuliah pun masih sama. Buku-buku itu banyak di sekeliling saya dan hanya bisa dibaca tanpa dimiliki.
Ada peristiwa yang tidak terlupakan berkaitan dengan buku. Waktu saya pertama kalinya mencoba makan di sebuah tempat makan khas ayam goreng yang kenamaan itu, yang iklannya sampai masuk televisi. Saking penasarannya, saya ingin mencoba beli. Setelah selesai makan, saya pikir-pikir lagi. Betapa saya menyesal menghabiskan uang untuk makan mewah di situ.
Saya hitung-hitung, dengan jumlah uang untuk sekali makan, saya bisa beli dua buku tipis atau satu yang agak tebal. Sampai segitunya ya. Tapi ini benar-benar pernah saya alami dan rasakan di suatu masa kehidupan yang lalu. Masa-masa setelah bekerja dan pegang uang sendiri.
Sampai sekarang pun, saya masih bisa menahan diri untuk membeli aneka barang mewah lainnya seperti baju, sepatu, sandal, tas, perhiasan dan lain-lain.Â
Saya hanya tidak bisa menahan diri untuk membeli buku bagus yang sesuai minat saya. Meskipun sekarang saya sudah mulai mengurangi untuk membeli buku.
Berawal dari hanya membaca buku saja, lalu suka membicarakan atau berdiskusi isi buku hingga akhirnya mengoleksi buku. Waktu saya bekerja di kota Jakarta, saya juga sempat bergabung di klub baca buku rohani di gereja.Â
Senang loh saat membaca satu buku yang sama dengan para pencinta buku lainnya, lalu mulai membahasnya. Ini kami lakukan rutin 2 minggu sekali. Sebuah kenangan indah.
Itulah kisah saya hari ini. Jadi, tema buku apa yang Anda paling suka baca dan diskusikan dengan teman? Ayo berbagi dalam kolom komentar. Ditunggu ya kisah inspiratif Anda dengan buku favorit Anda.
Mari terus berbagi kebaikan melalui tulisan dalam ketulusan.
Salam literasi.
...
Written by Ari Budiyanti
10 Juli 2020
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI