Kembali pada kisah merangkum buku sebagai cara saya mengembangkan kemampuan menulis. Dengan merangkum isi buku, saya berusaha menemukan inti sari dari buku yang saya baca. Setiap bab, bagian dari buku saya baca dengan seksama. Kemudian saya cari bagian yang penting atau pikiran utama dari bagian yang saya baca. Setidaknya menurut penilaian saya pribadi.
Bagian-bagian penting dalam buku ada bermacam-macam. Bisa berupa sebuah ide, sebuah tips atau cara sederhana, petunjuk, bahkan quote menarik. Iya bisa apa saja. Kemudian saya tulis dalam buku catatan. Jadi saya punya banyak buku catatan berupa rangkuman buku.
Cara ini cukup menolong saya untuk sekalian mempelajari banyak hal. Beberapa di antaranya adalah kosakata baru, cara menulis, cara menyampaikan tulisan atau gaya bahasa, dan cara menyusun kalimat yang tepat. Semua itu dapat dipelajari saat saya membaca buku dan merangkumnya, menulis ulang dengan kalimat saya sendiri.
Pada kesempatan yang lain, saya mengambil buku-buku rangkuman saya dan mulai mengetiknya. Ini cara saya menghabiskan waktu luang pada masa lalu. Sampai sekarang masih juga kadang-kadang saya lakukan.Â
Saya juga suka sekali mengikuti acara seminar yang sesuai bidang minat saya. Misalnya seminar pendidikan, seminar penulisan dan lain-lain. Kesempatan ini juga saya gunakan untuk menulis pemikiran pembicara, materi yang disampaikan akan saya tulis cepat.
Jika ada kesempatan, saya akan ketik juga hasil catatan seminar yang saya buat dalam buku. Ternyata tanpa saya sadari, semua kagiatan tersebut adalah latihan saya untuk menulis.Â
Oya, saya juga punya kebiasaan menulis isi khotbah minggu dari bapak pendeta di gereja.
Pernah pada satu masa kehidupan saya, mempunyai kecepatan menulis di buku catatan mengikuti kecepatan pembicara seminar menyampaikan materi.
Jadi tambahan-tambahan materi yang mungkin tidak tertulis di makalah seminar, dengan cepat saya tulis di buku catatan.
Saya mendengarkan sekaligus menulis. Saya rasa saya saat itu sedang merangkum pemikiran seseorang dan menuangkan dalam karya tulisan. Semua perjalanan menulis ini ternyata berguna sampai sekarang. Saya tidak terlalu mengalami kesulitan dalam menulis artikel narasi di Kompasiana.
Memang gaya tulisan saya sebagian besar seperti mendongeng. Tapi itulah style yang paling bisa saya nikmati dan nyaman. Tanpa rasa nyaman, saya akan mengalami kesulitan menuangkan ide ke dalam tulisan. Syukurlah sampai saat ini saya masih terus merasa nyaman untuk menulis di Kompasiana.
Semoga catatan sederhana saya ini bisa bermanfaat bagi para pembaca. Sebagai penutup kisah, saya teringat komentar seorang teman kuliah. "Ari, aku ingat loh sampai sekarang tempat kosmu dulu di Surabaya." Kaget juga mendengar kalimat ini. "Oya, koq bisa?" kata saya terheran-heran.