Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 3.000 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 20-12-2024 dengan 2.392 highlights, 17 headlines, 112.449 poin, 1.133 followers, dan 1.315 following. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Penantian Akan Hari Itu, Saat Hilal Telah Tiba (We Can be Just Friend)

23 Mei 2020   00:34 Diperbarui: 23 Mei 2020   00:28 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Malam ini, sebelum kak Fadli membicarakan tentang Hilal yang telah nampak, pertanda tanggal 1 Syawal itu telah tiba, dia menyatakan perasaannya padaku dan itu membuat aku terkejut bukan main. Selama ini aku sudah merasa nyaman dengan Kak Fadli, sudah menganggapnya seperti kakakku. Tapi memang susah jika dua orang lelaki dan perempuan bersahabat. Terlebih jika salah satunya mempunyai perasaan khusus. Tak bisakah kami hanya menjadi sahabat saja? keluhku dalam hati.


Kak Fadli hanya tersenyum padaku dengan hati yang nampak resah. Lalu pulang menuju rumahnya. Aku hanya mengantar sampai gerbang depan sebelum dia tiba-tiba mengatatakan ini "Dita, jika kau ingin kita hanya bersahabat saja, aku tidak keberatan. Tapi berhentilah mendiamkanku seperti yang kau laukan malam ini ya. Tetaplah menjadi Dita yang kukenal seperti biasanya. Sampai besok ya." Aku hanya mengangguk dan memberikan senyum kecil yang kupaksakan.


Kak Fadli seolah tahu yang kupikirkan, aku hanya ingin bersahabat saja dengannya. Kututup gerbang halaman depan rumah dan kupandangi bunga-bunga di kios bunga kami. Menitik airmata tanpa terasa. Apakah aku mencintai kak Fadli juga, Tuhan? Tapi, aku dan dia berbeda keyakinan, aku tak bisa menerima perasaannya saat ini. 

Tanpa kusadari, Bunda sudah berada di sampingku. Lalu memelukku. "Dita, Bunda tahu yang kau rasakan Nak, kiranya Tuhan yang menguatkanmu." Bunda memang mendidikku sejak kecil menjadi wanita yang kuat. Karena Bunda juga seorang wanita yang kuat. 

Rasanya berat bagiku malam ini, Kak Fadli seorang yang sangat baik dan murah hati, dambaan setiap wanita sebagai pendamping hidup. Namun, tidak bagiku, bagaimanapun perbedaan keyakinan diantara aku dan kak Fadli, menjadi salah satu alasan kuat untuk kami tak bisa menjadi lebih dari sahabat. Tak bisa bagiku melanggar prinsipku ini. Semoga besok pagi, aku bisa mengatakannya pada kak Fadli. We can be just friend.


...

...

Kisah sebelumnya: pulang-aku-rindu-ayah

Kisah ini berlanjut dari Fiksiana seri tahun lalu saat mengikuti samber thr 2019. Mungkin akan berlanjut kisahnya di tahun 2021 

....


Written by Ari Budiyanti
22 Mei 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun