Saya seorang yang sudah mengalami banyak sekali kemurahan dan kebaikan hati Tuhan. Tuhan menyatakan kasih dan kebaikan-Nya melalui banyak cara, termasuk melalui keluarga dan orang-orang terdekat. Bahkan dari mereka yang tidak kenal saya secara langsung, namun hanya melalui media massa, atau online juga berbagi kebaikan dan kemurahan hati pada saya.
Teringat sebuah perkataan teman yang juga mengamati kehidupan saya. Dia panggil saya Miss Ari, salah satu rekan kerja waktu mengajar. Katanya saya seorang yang berhoki besar/mempunyai banyak keberuntungan. Buat saya pribadi saya meyakini ini sebagai berkat dan kasih Tuhan pada saya, jadi bukan sekedar hanya hoki besar.
Melihat banyaknya kebaikan Tuhan dan merasakan secara langsung dalam hidup saya, ini mengingatkan saya untuk meneruskan kebaikan Tuhan pada sesama. Pada setiap orang yang Tuhan ijinkan berada di sekeliling saya. Mereka orang-orang yang membuat saya berkesempatan berbuat baik. Ingat, seberapapun kita ingin berbuat baik, jika Tuhan tidak beri kita kesempatan, mungkin kita tidak akan pernah behasil.
Lalu kebaikan semacam apa yang kita bagikan? Kebaikan yang setulus hati, yang artinya dilakukan tanpa pamrih. Tidak meminta imbalan. Mengapa bisa demikian? Pasti bisa karena menyadari bahwa kebaikan Tuhan sudah kita terima lebih dahulu. Jadi berbuat kebaikan pada sesama adalah untuk menyalurkan kebaikan yang sudah kita terima terlebih dahulu dari Tuhan.
Lalu apakah perlu kita menyebar luaskan kisah kebaikan kita pada orang lain? Saya rasa banyak yang setuju dengan saya. Jawaban pertanyaan di atas tentunya adalah TIDAK. Mengapa semua kebaikan kita harus kita sebar luaskan? Jika banyak kebaikan Tuhan yang kita terima dengan tulus, apakah kita menyebar luaskan karya kebaikan Tuhan pada kita? Mungkin iya, dan hanya beberapa saja, atau sudah semua? Entahlah, silakan Anda jawab masing-masing.
Tak terhitung kebaikan Tuhan dalam hidup saya. Banyak peristiwa yang mengajarkan pada saya untuk bersyukur pada Tuhan saja. Orang-orang yang berbuat baik pada saya, seringkali tidak berkenan diketahui identitasnya. Kebaikan diberikan dalam ketulusan, agar saya berterimakasih pada Tuhan Sang sumber kebaikan itu. Iya, ini mengajarkan kebaikan tanpa harus menggembar-gemborkan pada orang lain.
Biarlah Tuhan yang ada di tempat tersembunyi, yang melihat dan membalas kebaikan kita menurut cara-Nya yang mulia. Jangan pula berbuat kebaikan untuk mendapatkan sekedar balasan dari Tuhan, ini kalau saya. Berbuat kebaikan karena sudah mendapatkan banyak kebaikan dari Tuhan. Bukan untuk mendapatkan kebaikan dari Tuhan. Biarlah saat Tuhan melihat perbuatan baik kita, Tuhan yang memuji sendiri segala kebaikan kita. Tak perlulah kita menuntut ada penonton lain dari kebaikan hati kita, apalagi kita yang sengaja agar kebaikan kita ditonton banyak orang.
Lalu bagaimana juga jika kita sudah rajin berbuat baik dan orang lain membalas dengan kejahatan, atau malah memanfaatkan kebaikan kita? Tetaplah berbuat baik dan tetap dalam bijaksana dan hikmat dari Tuhan. Mohonlah petunjuk pada Tuhan jika kita melihat ada pertanda seseorang hendak memanfaatkan kebaikan kita. Namun jika Anda merasa Tuhan menggerakkan hati Anda untuk tetap berbuat baik, lakukan saja. Masing-masing orang bertanggung jawab sesuai perbuatannya bukan?
Jika Tuhan ingin Anda menunda atau mengijinkan Anda melihat ada maksud jahat seseorang dibaliknya, segeralah taati Tuhan. Jangan hanya karena ingin berbuat baik, kita menjadi asal-asalan pula. Namun jika dalam kesemuaannya itu, kita masih juga mengalami kejahatan dari orang-orang yang pada mereka kita sudah berbuat baik, tetaplah berbuat baik. Jangan berubah menjadi jahat pula hanya karena terpengaruh oleh respon orang lain pada kita. Mari kita teladani Sang Sumber Kebajika, Sumber kebaikan, Tuhan Yang Maha Baik.
Inilah yang ingin selalu saya bagikan, kebaikan dan kebaikan termasuk melalui karya tulisan. Saya akhiri dengan satu kutipan dari Kitab Suci yang saya percayai "Dan kamu, saudara-saudara, janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik." 2 Tesalonika 3:13.
Salam baik.