Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.888 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 17-07-2024 dengan 2.280 highlight, 17 headline, dan 109.421 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Heidi, Gadis Cilik Penuh Inspirasi yang Menyentuh Hati

9 Mei 2020   09:30 Diperbarui: 9 Mei 2020   09:22 2757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bertahun-tahun lalu, saat saya masih banyak kesempatan mengunjungi teman-teman saya di Surabaya, saya mendapatkan rekomendasi buku berjudul Heidi, karya Johanna Spyri. Buku ini langsung menjadi serial karya klasik anak yang menjadi favorit saya, hingga kini. Tidak lama berselang, salah satu rekan kerja saya yang mengetahui buku kesukaan saya, tiba-tiba menghadiahi sebuah VCD original kisah Heidi. 

Wah saya sangat senang kala itu.

Kisah Heidi kecil ini diawali saat tantenya membawa Heidi pergi ke rumah kakeknya di pegunungan Alpen, Swiss. Orang tua Heidi sudah meninggal. Heidi tinggal bersama tantenya yang bernama Dete. Karena merasa kesulitan membesarkan Heidi, maka tantenya membawa Heidi pada kakeknya. Tante Dete mendapatkan pekerjaan di kota Frankfurt, Jerman. Ini menjadi alasan tidak bisa mengasuh Heidi.

Kakek Heidi hidup menyendiri di pegunungan. Ada kepahitan hidup yang dialami sehingga membuatnya mengasingkan diri tidak mau tinggal bersama masyarakat pedesaan di kaki gunung. Heidi mengalami kesulitan menghadapi kakeknya yang dingin dan kaku itu. Namun karena kehangatan kasih hati gadis kecil ini berhasil mendapatkan kasih sayang orant lanjut usia ini.

Heidi berteman dengan seorang anak kecil bernama Peter. Dia seorang penggembala yang membantu kakeknya Heidi untuk menggembalakan kambing-kambing milik kakek. Heidi sangat senang berteman dengan Peter yang menurutnya mempunyai kemampuan luar biasa dalam berkomunikasi dengan kambing-kambing kakek Heidi.

Heidi sering ikut Peter dalam menggembalakan kambing. Kakek Heidi juga memberikan daun-daun yang segar selalu untuk makanan kambing-kambing miliknya. Ini membuat kambing-kambing milik kakek Heidi menjadi sehat dan menghasilkan susu yang sehat penuh gizi. Kadang juga dijadikan keju. Kakek menjual susu dan keju buatannya ke pasar di desa di kaki gunung.

Heidi merasa sangat bahagia tinggal selama beberapa tahun bersama kakeknya di gunung. Heidi juga mengenal neneknya Peter yang juga sangat baik pada Heidi. Hanya saja, Heidi merasa sedih karena tidak bisa sekolah di desa kaki gunung saat musim salju. Kakek Heidi tidak mengijinkannya. Hal-hal lainnya selalu membuat Heidi bahagia. Dia sangat menyayangi kakeknya.

Hingga di suatu ketika, Heidi dijemput paksa oleh tante Dete dan dibawa ke kota Frankfurt. Heidi merasa sangat sedih dipisahkan dengan kakeknya. Demikian juga kakeknya merasa sangat sedih. Tante Heidi membawanya untuk tinggal di kediaman seorang pebisnis kaya bernama Mr. Sasemann yang mempunyai seorang putri bernama Clara. Clara tidak bisa berjalan, dia harus menggunakan kursi roda.

Clara sangat menyukai Heidi. Akhirnya Heidi harus tinggal bersama Clara di Frankfurt. Heidi tidak bisa melupakan semua kenangan indah tinggal di gunung bersama kakeknya. Heidi menahan semuanya dalam hati. Kehidupan Heidi selama bersama Clara memang sangat menyenangkan. Namun adanya pengurus rumah yang sangat ketat dan disiplin, mempersulit Heidi. Banyak kejadian buruk menimpa Heidi karena kesulitan mengikuti kemauan pengurus rumah yang bernama Miss Rottenmeier.

Heidi mendapat penghiburan dengan kunjungan nenek Clara. Kepada neneknya Clara, Heidi mempertanyakan banyak hal tentang kehidupan. Heidi bahkan mempertanyakan mengenai Tuhan pada nenek Clara. Mungkinkah Tuhan di atas sana terlalu sibuk menjawab doa-doa orang lain sehingga doanya tidak pernah dikabulkan. Heidi memang tidak berani menyampaikan isi doanya setiap malam. Heidi takut jika ketahuan kalau sangat ingin pulang ke desanya, dia justru tidak diijinkan pulang selamanya.

Nenek Clara ini pun mengingatkan Heidi jika Tuhan belum menjawab doanya sekarang, mungkin Tuhan berpendapat, itu bukan hal yang tepat untuk Heidi terima sekarang. Tetaplah bersabar hingga waktunya jawaban Tuhan atas doa-doanya bisa jauh lebih baik dari semua yang Heidi doakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun