Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.953 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 27-10-2024 dengan 2.345 highlights, 17 headlines, 111.175 poin, 1.120 followers, dan 1.301 following. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kelam Malam Pun Berlalu (Tergantikan Cerianya Pagi)

17 Maret 2020   05:00 Diperbarui: 17 Maret 2020   05:14 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pagi di suatu masa. Photo by Ari

Belum larut malam kini hampir pekat namun sedikit
Ku arahkan pandangan ke angkasa raya
Gelap menggantung mendung hitam menyeramkan
Tak nampak kerlip bintang satupun
Tak ada pula kerlingan lembut dan senyum sang bulan
Mungkin itulah saat-saat mereka libur
Istirahat dari masa karyanya selain di siang hari

Seharusnya memang malam ini saat mereka bekerja
Namun tak sanggup mengalahkan kemauan keras
Para awan gelap yang berkuasa saat itu
Ternyata sang angin pun mendukung pula
Hawa dinginnya menyusup sampai ke pori-pori

Rasanya tak tahan berlama-lama di luar
Berhenti mengamati kesunyian malam ini
Beruntungnya aku tinggal diantara lampu-lampu
Kegelapan di sini tak sepekat di desa kecil
Atau mungkin di lautan luas samudera raya
Yang hanya mengandalkan cahaya si bulan
Dan bintang-bintang sahabatnya yang setia

Adilkah itu bagi semua yang merasainya
Setiap perubahan alamiah ini, aku tak tahu
Juga mengapa boleh terjadi seperti itu
Memang sudah ada yang mengatur putarannya
Tidak setiap hari kepekatan malam itu
Tidak selamanya mendung menggantung pekat
Angin pun meniupnya lalu pergi meninggalkan
Hawa dinginnya sebagai seuntai kenangan
Yang mungkin berulang kapanpun maunya
Lalu kututup tirai jendela kamarku,
Pula jendela dan pintunya
Kutarik selimut hangatku
Tapi masih kubiarkan lampu menyala
Memberi sedikit hangatnya padaku sesaat lagi

Kupejamkan mataku beriringan melody
Lagu indah teralun menemani tidur malamku
Heran aku tak juga datang peri tidurku
Terus melayang lagi anganku dalam sendiri

Sejuta mimpi cinta dan harapan menyibak mendung kelabu
Membangunkan bintang-bintang,
Mengejutkan rembulan indah
Bersinar mengusir mendung
Menerangi tempat-tempat sunyi sepi

Mengganti kedinginan dengan kehangatan yang indah
Walau hanya dalam imajinasiku saja ku merasa nyaman
Kantukpun sungguh datang dan kumatikan lampuku
Kubiarkan malaikat pelindungku bekerja kini
Mengusir segala kegalauanku bersama lelapnya tidurku

Tiada terasa pagi menjelang sudah membangunkanku
Cahaya mentari berhasil menggugahku pula
Kubuka lagi jendela kamarku juga tirainya
Tak kudapati mendung yang semalam begitu pekat itu
Juga bulan dan bintang tetap tiada terlihat
Angkasa begitu ceria bersinar terang indah

Dengan senyum termanis kusambut itu
Sambil berkata : " Selamat pagi alamku "

...

Written by Ari Budiyanti

#PuisiHatiAriBudiyanti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun