Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.953 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 27-10-2024 dengan 2.345 highlights, 17 headlines, 111.175 poin, 1.120 followers, dan 1.301 following. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis Puisi, Membaca Buku hingga Memotret Pemandangan Jadi Kenangan Manis di Kereta Api

17 Februari 2020   21:45 Diperbarui: 17 Februari 2020   23:11 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah perjalanan naik kereta api akan saya lanjutkan. Sebagai seorang yang sangat sering bepergian naik kereta api, kisah saya pasti sangat banyak. Saya sudah menuliskan tiga cerita sebelum ini. Ini berati menjadi yang keempat.

 Apa saja yang biasa Anda lakukan ketika naik kereta api jarak jauh antar kota dan provinsi di pulau Jawa? Adakah ide atau pengalaman ingin Anda bagikan? 

Rerata lamanya perjalanan naik kereta api yang pernah saya tempuh di masa lalu, beserta transit di stasiun adalah berkisar antara 13-15 jam. Bila saya naik kereta api Pasundan pagi-pagi dari Surabaya Gubeng pukul 06.00 WIB, saya akan tiba di stasiun dekat rumah sekitar pukul 18.00 WIB. Perjalanan ditempuh selama 12 jam. 

Tapi jika saya berangkat dari rumah, saya akan tiba di stasiun kereta api sekitar pukul 23.00 WIB. Kereta api Kahuripan yang saya tumpangi akan tiba di Stasiun Lempunyangan sekitar pukul 04.00 WIB atau 05.00 WIB. Pagi-pagi sekali di stasiun Lempuyangan saya menunggu kereta api Sritanjung berangkat pukul 07.00 WIB.

Ada waktu sekitar 3 jam menunggu di stasiun. Saya membiasakan diri membawa barang secukupnya saja. Meski demikian tidak pernah cukup hanya satu tas saja. Paling tidak ada 2 tas. Saya akan menunggu kereta datang sambil terkantuk-kantuk bahkan tertidur di stasiun Lempuyangan. 

Karena ini berlangsung bertahun-tahun, maka saya pun mencari relasi yang bisa dipercaya di stasiun. Iya penjual makanan dan oleh-oleh di stasiun Lempuyangan. 

Saya selalu singgah beli sarapan dan beberapa keperluan di warung kecil tersebut. Selalu di tempat yang sama. Terkadang saya menitipkan barang bawaan saya sejenak pada pemilik warung yang sudah saya kenal tersebut. Sejauh ingatan saya semua terjagai dengan aman. Itu perlindungan Tuhan.

Sekarang, yang menjadi masalah adalah saat saya menempuh perjalanan di dalam kereta api dengan durasi waktu yang panjang. Apa yang harus saya lakukan? 

Mengobrol dengan penumpang lain? Ini sangat jarang saya lakukan. Pernah tapi hanya alakadarnya. Saya lebih banyak tertidur di kereta api karena rasa mengantuk dan lelah. Namun tak jarang pula ada masa ketika saya tak bisa memejamkan mata. Saya masih ingat beberapa hal yang biasa saya lakukan. 

Salah satunya adalah mengamati burung gereja yang beterbangan di sekitar rel kereta api. Ada pepohonan tak jauh dari stasiun Lempuyangan pada masa itu. 

Memang tidak terlalu banyak. Namun cukup untuk tempat burung-burung ini singgah sehingga kadang beterbangan hingga ke sekitar rel kereta api.

Yang menarik lagi adalah saya ingat sekali, melihat pemandangan tersebut dan meraih pena serta buku kecil yang selalu saya bawa. Berpuisilah saya tentang burung-burung kecil itu. Juga saat kereta berjalan dan melewati pematang sawah dengan aneka pemandangan indah. 

Salah satunya tentang orang-orangan sawah, pernah saya jadikan bahan menulis puisi di kereta api. Sayang buku-bukunya tertinggal di rumah. Saya tidak bisa menuliskan puisi tersebut di sini. 

Menulis puisi hanya menjadi aktivitas sesaat saja. Tidak selalu saya lakukan. Selingan lain yang biasanya menemani saya menghabiskan waktu di kereta api adalah membaca buku. 

Saya membawa beberapa buku membacanya sampai mata lelah. Buku-buku yang saya pilih biasanya bacaan-bacaan ringan yang menghibur. Misalnya aneka kisah klasik anak dan lain-lain. 

Membaca buku membuat saya terkadang lupa waktu di kereta api. Sungguh menyenangkan menikmati petualangan dalam buku sambil kereta terus melaju. 

Itu adalah aktivitas saya sebelum saya memegang HP android. Setelah saya mempunyai HP canggih ini, kegemaran saya memotret pun tersalurkan. Saya suka mengabadikan perjalanan yang saya tempuh dalam bingkai potret dari kaca jendela kereta api.

Pemandangan Mojokerto. Photo by Ari
Pemandangan Mojokerto. Photo by Ari
Beberapa foto kota yang terlewati dalam perjalanan 6 tahun lalu pun terabadikan. Berawal dari stasiun Gubeng Surabaya, kereta berjalan menjauhi Surabaya tercinta. Lalu berlanjut ke kota-kota di area Jawa Timur. Salah satunya saat saya melewati kota Wonokromo seperti foto di atas.

Kereta terus melaju dan melewati kota-kota lainnya. Saya juga mengambil foto saat berhenti di Mojokerto. Apakah ada yang mempunyai kenangan dengan kota Mojokerto? Bagikan pada saya ya. 

Stasiun Mojokerto. Photo by Ari
Stasiun Mojokerto. Photo by Ari
 Pemandangan menarik selalu saya temui saat melihat melalui kaca jendela kereta api. Salah satunya warna alam persawahan atau lapangan rumput hijau pun menyegarkan mata. Apakah Anda pernah mengamati hal tersebut. Salah satu yang tertangkap kamera HP saya adalah saat melalui Wilangan. 
Wilangan. Photo by Ari
Wilangan. Photo by Ari
Kereta api semakin jauh meninggalkan Jawa Timur sampai saya tiba di kota Yogyakarta. Meski saya tidak turun di stasiun ini, tapi makanan gudeg Jogja menjadi yang saya nantikan. Saya akan menunggu beli nasi bungkus di kota ini. 

Jaman dulu, penjual nasi masih boleh menjajakan jualan makanan di luar kereta. Saya bisa membelinya lewat jendela. Memang di Yogyakarta cukup ketat atutannya. 

Mereka tidak diijinkan masuk ke dalam kereta api. Tapi setelah melewati kota ini, beberpaa penjual boleh masuk ke dalam kereta api dan berjualan di dalam gerbong kereta.

Melewati kota Jogja. Photo by Ari
Melewati kota Jogja. Photo by Ari
Dan dalam kesemuannya itu, saya juga selalu ditemani walkman saya. Dua kaset yang saya selalu bawa untuk didengarkan adalah album Backstreet Boys bertajuk Milenium dan Black anda Blue. Lagu-lagu yang penuh semangat seperti The Call membuat saya jadi menikmati perjalanan panjang yang seru.

Bagaimana pengalaman Anda saat menghabiskan waktu di dalam kereta api seharian? Saya tunggu ya kisah Anda sekalian. 

Untuk kali ini, kisah kenangan manis saya di kereta api saya sudahi. Mungkin nanti akan ada kisah-kisah lainnya. Ditunggu ya.

Lagu The Call by Backstreet Boys 

Album Black and Blue.

 ...

Written by Ari Budiyanti

17 Februari 2020

#KeretaAmbyar

#KisahKeretaApidanAku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun