Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.953 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 27-10-2024 dengan 2.345 highlights, 17 headlines, 111.175 poin, 1.120 followers, dan 1.301 following. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Uluran Tangan Kecil di Gerbong Kereta Malam Itu

10 Februari 2020   21:05 Diperbarui: 10 Februari 2020   21:48 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menunggu teman di Stasiun Gubeng Surabaya . Dokumen pribadi

Pasti tidak mudah bagi seorang anak kecil harus berjalan melewati orang-orang yang berada di gerbong, dengan gerakan kereta api yang kadang menggoncang badan ke kanan atau ke kiri.

Saya bahkan tidak ingat seperti apa wajah anak kecil itu. Saya juga tidak bertanya siapa namanya. Tapi malam itu, saya tahu, saya sedang berbuat kebaikan sederhana pada seorang anak yang mengulurkan tangannya butuh bantuan untuk berjalan melewati gerbong kereta api. 

Saya mendapatkan satu pengalaman penting. Saya tidak pernah tahu apa efek dari kebaikan sederhana yang saya lakukan malam itu pada diri anak tersebut. Ini hal yang sangat biasa. Namun ternyata saya mendapati bahwa tindakan kecil ini justru memberi perubahan bagi saya sendiri. Saya merasa ada bahagia tersendiri saat menolong seseorang.

Saya mengulurkan tangan pada seorang anak kecil yang kesulitan mencari pegangan di tengah kegelapan gerbong kereta api malam itu, ketika ia berjalan. Ternyata ada bagian diri saya yang merasa bahagia ketika melakukan kebaikan sederhana. Ada kemurahan hati yang terasa mengalir keluar dengan lembut dari hati saya. Saya mendapati bahwa diri sayalah yang berubah.

Saya berharap anak kecil ini di suatu masa saat dewasanya juga mau berbagi kebaikan sederhana pada orang lain. Anak kecil belajar lebih banyak dari yang dilihat dan dirasakan dibandingkan nasihat-nasihat yang begitu banyak dan terkadang membosankan mereka.

Saya berdoa bagi si kecil, meski nantinya saya bahkan tidak pernah tahu siapa anak tersebut ataupun akan menjadi seperti apa dia di masa dewasanya, dalam doaku agar dia memilih melakukan tindakan kebaikan sederhana pada orang yang tidak dikenalnya juga. 

Kenangan ini saya tuliskan di Kompasiana untuk berbagi kisah di sebuah gerbong kereta api menuju Surabaya dari kampung halaman saya. Memang peristiwa ini sudah terjadi lebih dari 20 tahun lalu tapi masih saya kenang sebagai kisah berharga. Masa-masa saya masih kuliah di Surabaya.

Semoga kisah ini menginspirasi kita semua untuk selalu menebarkan kebaikan di sekitar kita. Jangan berpikir tentang kebaikan yang muluk-muluk, kebaikan besar-besar yang rumit. Karena justru akan menghambat kita untuk berbuat baik.

Tapi kebaikan-kebaikan sederhana yang diberikan dengan tulus akan menyentuh hati mereka yang menerima kebaikan tersebut. Dan seandainya pun tidak begitu, mereka tetap acuh tak acuh, tetaplah berbuat baik. Tuhan memberkati kita sekalian .

Salam hangat.

...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun