"Satu, dua, tiga, empat, ... lima belas! Pas, lengkap." batin Viona setiap kali meminta anak-anak berbaris seusai mengikuti setiap satu aktivitas fieldtrip. Menjadi guru anak - anak TK itu tidak gampang. Mereka energinya penuh. Seperti tak punya lelah. Bahkan setelah selesai semua kegiatan yang cukup banyak dan melelahkan Viona, ternyata dalam perjalanan pulang, di dalam bus, murid-murid tak juga tertidur. Lelah sekali. Batin Viona.Â
Sesampainya mereka di sekolah, Viona menghubungi beberapa wali murid yang masih juga belum datang menjemput anaknya. "Wah harus kutunggu sampai jam berapa ini" Batin Viona lagi dengan segala lelah.Â
" Bu Viona, silakan kalau mau pulang duluan. Biar saya saja yang temani siswa sampai mereka dijemput semua. Tinggal dua anak saja kan?" sebuah sapaan beriring senyuman lembut membuyarkan lamunan Viona. Benar, rasanya selesai acara fieldtrip ini, ingin segera saja pulang dan tidur.Â
"Tidak apa Pak Ardi. Saya tunggu saja di sini sampai semua dijemput. Terimakasih ya. Murid pak Ardi tinggal 1 saja ya yang belum dijemput?" Viona melirik ke arah anak-anak yang bermain di hall sambil menunggu jemputan orang tuanya.
"Benar." lalu Ardi pun menangguk dan memberi isyarat akan duduk bersama muridnya di pojok hall. Viona hanya mengangguk. Beberapa staf juga masih belum pulang. Namun sebagian besar sudah pulang. Sekolah semakin sepi saja.Â
Rintik hujan mulai turun. Viona ikut resah. Ada beberapa guru lainnya yang jiga ikut menemani Viona menunggu murid yang belum dijemput juga.Â
Dalam hati Viona ada senang bisa berlama-lama di sekolah bersama hadirnya pak Ardi. Hujan yang menjadi semakin deras menahan para guru dan staf dari jam pulang. Mereka yang seharusnya bisa langsung pulang, terpaksa masih tinggal di sekolah karena menunggu hujan reda. Sebuah pesan masuk.Â
"Maaf bu Viona, ini saya dalam perjalanan ke sekolah menjemput Nanda. Maaf, macet sekali karena hujan ini."Â
Viona hanya menghela nafas. Berat rasanya. Kasihan juga melihat Nanda yang mulai kelelahan dan beringsut mendekatinya. Tiba-tiba tanpa aba-aba, Nanda rebahan di lantai dan meletakkan kepalanya di pangkuan Viona. Guru yang sangat disayanginya.Â
"Bu Viona, mama lama sekali. Aku ngantuk" Viona hanya membalas dengan senyuman dan membiarkan Nanda nyaman tiduran beralaskam pangkuannya. Tak lama Nanda tertidur.Â
Tatapan mata Ardi tak sengaja tertangkap oleh Viona. Mereka saling senyum dan tak berkata apa-apa. Sama-sama lelah. Viona tak tahu apakah pak Ardi merasakan hal yang sama dengan gemuruh di hatinya? Entahlah. Saat ini Viona memang berada cukup dekat dengan Ardi, dalam satu hall sekolah yang sama. Namun, entah mengapa Viona merasa jarak yang terbentang di antara mereka bagaikan bentangan luasnya samudera. Sangat jauh sekali.