Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.953 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 27-10-2024 dengan 2.345 highlights, 17 headlines, 111.175 poin, 1.120 followers, dan 1.301 following. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Dari Membaca Koleksi Buku Milik Tetangga, sampai Akhirnya Memiliki Koleksi Buku Sendiri

8 Januari 2020   21:20 Diperbarui: 9 Januari 2020   02:33 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi Buku Pribadi milik Ari Budiyanti. Photo by Ari

Gemar membaca adalah hal yang seharusnya menjadi kebutuhan setiap kita. Jika menjadikan membaca buku sekedar hobi atau kegemaran belaka, maka masih ada kemungkinan hobi ini ditinggalkan bila ada banyak kebutuhan lain yang mendesak. Atau melakukannya saja di waktu semggang semata. Apakah ini salah? Tentu saja tidak. Bagi saya, jika Anda masih mau membaca buku secara rutin, itu adalah hal yang luar biasa. 

Designed photo by Ari. Dokumen pribadi
Designed photo by Ari. Dokumen pribadi
Namun akan berbeda kisahnya jika Anda dan juga saya menjadikan membaca buku sebagai kebutuhan. Seperti halnya makanan merupakan kebutuhan primer bagi tubuh kita, demikian pula jadikanlah membaca sebagai kebutuhan primer untuk memberi makan otak kita. Nah, kalau kita sudah menjadikan membaca sebagai kebutuhan utama, tentulah kita akan menyempatkan waktu untuk konsisten membaca buku dalam keadaan tersibuk atau terlelah sekalipun. 

Bolehkah saya mengisahkan awal mula kegemaran membaca saya dan perjalanannya hingga kini sebagai seorang kolektor buku? Boleh ya. 

Beberapa koleksi buku saya yang ikut sakpai tempat kos. Photo by Ari
Beberapa koleksi buku saya yang ikut sakpai tempat kos. Photo by Ari
Masa kecil saya tidaklah seberuntung banyak murid saya. Mereka sudah mempunyai koleksi buku sendiri sejak kecil. Pastilah menyenangkan jika orang tua sudah menyediakan uang untuk membelikan anak-anaknya aneka buku menarik sejak kecil. Ini suatu warisan budaya yang apik bagi keluarga tersebut. 

Apakah orang tua saya tidak mau membelikan buku untuk anak-anaknya? Bukan seperti itu. Tapi sebagai keluarga dengan keadaan ekonomi menengah ke bawah, kedua orang tua saya lebih mementingkan kebutuhan berkaitan dengan buku-buku wajib saja untuk pendidikan di sekolah. Buku-buku bacaan lainnya, meskipun beliau berdua ingin membelikannya namun uang tidak ada. 

Meski demikian, kebaikan Tuhan itu nyata pada saya. Saya mempunyai seorang sahabat sejak bayi, yang tinggal di sebelah rumah. Dia sahabat dan juga tetangga saya. Sampai saat ini kami masih bersahabat meski dia sudah yinggal di luar pulau Jawa. Jauh dari desa kelahiran kami. 

Sahabat saya ini beruntung sekali karena papanya mempunyai koleksi buku yang sangat banyak. Bahkan sejak kecil sudah berlangganan majalah Anak "Bobo". Sahabat saya ini juga tidak pernah pelit pada saya. Buku dan majalah yang dia baca akan dipinjamkan pula ke saya. Ini berlangsung terus sampai kami di SMP. 

Sahabat saya ini sekolah di luar desa sejak SMP. Kalau dia sedang pulang kampung, dia akan membawa buku-buku baru dan dia pinjamkan ke saya. Bahkan papanya yang sudah menganggap saya sebagai anaknya juga, pernah meminjamkan majalah Bobo edisi terbaru ke saya lebih dulu. Karena sahabat saya, anaknya sedang di luar desa. Saya sangat menikmati aneka bacaan anak yang dipinjamkan tetangga saya ini. 

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Selain majalah Bobo, saya juga menghabiskan bacaan serial The Adventure of Tintin. Semua sama pinjam dari sahabat saya ini. Kini setelah dewasa, saya masih saja suka kisah petualangan Tintin. 

Karya-karya Enid Blyton seperti Lima Sekawan, lalu karya Alfred Hitchock serial Trio detektif juga menjadi bacaan saya semasa SMP. Ada beberapa buku yang saya pinjam dari teman sekolah, ada pula yang dibelikan kakak saya. 

Masa-masa meminjam buku pada sahabat saya pun berlalu. Kami sekolah di SMA yang sama. SMA N 1 Purwokerto. Di sinilah saya mulai mengenal perpustakaan. Di desa tempat saya tinggal, satu-satunya perpustakaan yang saya kenal dan familiar datangi ya punya sahabat saya. Ada sih perpustakaan sekolah di SD dan SMP. Tapi saya tidak terlalu familiar dengan perpustakaam SD dan SMP. Saya hampir tidak pernah pinjam buku di sana. Jadi saya mengenal buku-buku bagus justru dari koleksi milik sahabat saya. Termasuk buku-buku cerita anak karya Hans C. Anderson. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun