Mengapa tak kulihat sorot mata itu
Yang selama ini menjadi alasan rindu
Hanya ada muram di rupa wajahmu
Apakah gerangan sebagai pemicu
Aku tahu musim hujan sedang merajai
Menguasai segala pelosok hingga kota
Memberi dingin yang memenjara nurani
Menelisik batin yang sering meronta
Bila terbiasa kau membuka kata
Untuk mencurahkan isi jiwa
Namun mengapa kini hanya diam
Membuatku penuh tanya di temaram
Ah jiwa
Mengapa begitu mudah berubah jua
Dalam birunya suasana
Memberi semburat ungu di muka
Kau tak juga mengalihkan tatapan
Dari apa yang kau bilang masa depan
Meski raga dan jiwa menggigil
Karena padanan rasa terpanggil
Aku menunggu lama akan hadirnya
Semburat suka di wajahmu
Lengkungan bulan sabit tanda sukacita
Menghias di wajah anggunmu
Segeralah berbahagia kawan
Hilangkan semburat biru
Bersukalah menjalani kehidupan
Agar bebanmu meringan bagai bulu
....
Teriring salam dan doa untukmu
Yang dalam pergulatan batin
...
Written by Ari Budiyanti
5 Januari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H