Tepat hari ini 21 November 2019, dunia memperingatinya sebagai hari pohon. Salah satu tokoh yang berjasa dalam gerakan giat menanam pohon adalah Bapak J.Sterling Morton, pecinta alam asal Amerika. Beliau yang sudah sangat giat mengampanyekan gerakan menanam pohon. Apakah Anda juga sudah menanam pohon?Â
Dalam beberapa artikel di Kompasiana, saya juga sudah mengangkat tema menanam pohon. Mulai dari gerakan bagi bibit pohon gratis oleh Kementrian LHK yang bisa Anda baca di sini : bibit-tanaman-gratis-dari-kementrian-lingkungan-hidup-dan-kehutanan-ri
Artikel ini sudah mendapatkan views/keterbacaan 1.800. Jarang sekali artikel saya sampai dibaca dengan angka sampai di atas 1.500. Buat saya ini pencapaian luar biasa.
Jadi apakah Anda mau menanam pohon, atau Anda bahkan sudah melakukannya. Kalau begitu, mari kita giatkan gerakan memotivasi orang-orang di sekitar kita untuk juga menanam pohon. Membangun kesadaran komunitas yang cinta lingkungan.Â
Saya pun pernah membahas ini dalam artikel di Kompasiana. Saya mengunjungi Surabaya dan dibuat terheran-heran dengan kesejukan kota Surabaya yang saya lihat waktu itu. Banyak perubahan positif sudah terjadi dibandingkan saat saya masih menetap di Surabaya. Anda bisa baca di sini:Â
perluas-hutan-mangrove-kota-untuk-menurunkan-tingkat-polusi
Bukan hanya di kota, kelestarian hutan di desa pun bisa dikembangkan menjadi hutan wisata. Di area kampung saya ada dua hutan pinus yang dibuka sebagai tempat wisata. Julangadheg hill dan Kemit forest. Inipun telah jadi artikel seru di Kompasiana. Anda bisa baca link ini ya
1. Julangadheg-hill-wisata-hutan-1
2. kemit-forest-wisata-hutan-2
Kedua artikel di atas mwmbahas pentingnya hutan yang bisa dikembangkan sebagai tempat wisata yang teduh. Keberadaan pepohonan yang rimbun memberi kesejukan tersendiri bagi udara di sekitarnya.
Bila Anda mau mengkombinasikan pepohonan dengan bebungaan bisa juga dihadirkan dalam sebuah taman. Jika taman ini di tengah kota, pasti akan memberi suasana asri untuk kota tersebut. Seperti saat saya mendatangi taman kota di Surabaya dan kembali menjadi satu artikel di sini. Perluasan taman kota juga akan mengurangi polusi udara.Â
Anda bisa baca di sini linknya
perbanyak-taman-kota-untuk-mengurangi-pencemaran-udara
Saya sungguh menikmati keasrian taman kota di Surabaya. Salah satunya yang saya kunjungi adalah Taman Prestasi Surabaya. Anda bisa baca penuturan saya pada artikel di atas. Saat bunga-bunga cantik dikombinasikan dengan pepohonan dan terletak di tengah kota, sungguh bisa menjadi tempat berlibur sekaligus untuk menenangkan diri bagi warga kota.Â
Artikel di atas bahkan dapat label headline dari Kompasiana.Â
Untuk menutup artikel ini, saya akan kisahkan sedikit pengalaman saya bersams murid-murid dalam kegiatan literasi di sekolah. Saya membacakan satu buku berjudul "Amrita and The Trees"Â
Apakah Anda pernah baca  ini? Saya tahu buku ini ada di perpustakaan sekolah lebih dari 3 tahun lalu. Saya langsung suka dan setiap tahun di kelas tempat saya mengajar, saya akan bacakan buku ini.  Kisahnya menarik sekali tentang gadis kecil bernama Amrita yang sangat menyayangi pohon. Amrita dan keluarganya tinggal di sebuah desa dengan banyak pepohonan. Namun karena titah sang raja yang bitih kayu banyak, mereka menebang semua pohon di sekitar desa Amrita. Ini sangat menyedihkan. Akibatnya, saat hujan lebat turun, maka banjir melanda desa itu. Hewan-hewan dan rumah-rumah ikut hanyut. Setelah usai banjir, kotoran dan kerusakan ada di mana-mana.Â
Singkat cerita saat mereka sudah menanami pohon kembali di sekitar desa tersebut, merekapun hidup bahagia kembali. Amrita saat itu sudah besar, berkeluarga dan mempunyai anak-anak. Kejadian sama terjadi lagi, saat raja membutuhkan kayu yang banyak, mereka akan menebang pohon di sekitar desa Amrita.Â
Namun kali ini Amrita dan penduduk desa bersikukuh tidak mau meberikan kayu dari pohon mereka. Bahkan mareka melindungi pepohonan dengan memeluk erat pohon-pohon tersebut. Begitu cintanya ya. Akhirnya utusan raja tidak jadi menebang pepohonan di sekitar desa tempat Amrita tinggal. Mereka mencari pepohonan di hutan yang tiada berpenghuni manusia.Â
Amrita berpesan agar setelah menebang pohon, mreka ingat untuk menanam pohon juga. Itupun akhirnya dilakukan oleh para utusan/anak buah raja.
Jangan sampai kita lupa diri, keegoisan meliputi sehingga penjarahan pohon karena kebutuhan kayu dan atau pemukiman membuat jita membabat habis hutan yang sudah ada. Jika sampai demikian, berhati-hatilah menerima kemarahan alam. Inipun pernah saya tuliskan dalam sebuah puisi yang pertama kali saya posting di kompasiana. Anda bisa baca di sini: ketika-alam-marah
Semoga artikel ini bermanfaat bagi AndaÂ
#HariPohonSedunia
Selamat Hari Pohon Sedunia
21 November 2019
Mari cintai bumi
Sudahkah Anda Tanam Pohon?
....
Written by Ari Budiyanti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H