Eva dan Arin menjadi lebih bersemangat. Mereka berdua mulai mengajak teman-teman lainnya untuk belajar menulis cerita bersama Anjani. Sebulan telah berlalu sejak Anjani mengirimkan arsip tulisan karya Arin dan Eva.
Ketika akhirnya ada penerbit khusus buku anak yang mau menerbitkan karya murid-murid Arini. Syaratnya harus minimal ada 50 cerita singkat. Arini menghitung jumlah karua murid-muridnya. Baru sekitar 30 an karya. Masih kurang 20 karya.Â
Arini menceritakan kepada anak-anak. Mereka pun bersepakat untuk lebih giat menulis. Mereka mencari kisah-kisah sederhana. Yang terpenting mereka melakukannya dengan senang hati.Â
Beberapa teman di sekolah mulai melihat keseriusan Arin dan Eva. Mereka pun mai ingin bergabung mencoba belajar menulis cerita dengan Anjani.Â
Sore itu Anjani dikejutkan saat ada 5 orang anak yang datang bersama Arin dan Eva. Anjani lebih girang lagi karena anak-anak ini bulan hanya datang untuk membaca buku tapi mereka mau belajar menulis cerita. Anjani senang sekali.Â
Beberapa minggu kemudian, Anjani berhasil mengumpulkan 50 cerita anak pada penerbit buku anak. Lalu proses penerbitan buku dan segala administrasinya berjalan lancar. Kini buku pertama akan diterbitkan. Di dalam buku itu ada karya ke tujuh murid kelas menulis cerita di rumah Anjani.Â
Anjani merasa senang. Murid-muridnya juga. Kini kegiatan belajar menulis cerita bersama Anjani berkembang pesat di desa itu. Bahkan Anjani sudah  berhasil mengumpulkan lebih banyak lagi cerita anak buatan mereka. Buku ke dua pun diterbitkan.Â
Ada sukacita tak terduag bagi Anjani. Tidak pernah diduganya. Anak-anak di desa mau belajar menulis cerita bersamanya. Pilihannya kerja di desa sebagai guru tak pernah disesalinya. Bahkan apa yang dilakukannya menginspirasi banyak anak muda. Setidaknya di dunia literasi.
Kini Anjani beberapa kali menerima undangan ke kota untuk menceritakan pengalamannya memotivasi anak-anak untuk giat menulis.Â
...
Demkian cerpen saya di akhir pekan ini