Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.780 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 24-04-2024 dengan 2.172 highlight, 17 headline, dan 106.868 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Bukan Ku Berniat Lupa, Maaf

8 November 2019   20:07 Diperbarui: 13 Maret 2020   19:55 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jadi, hari ini kau bawa buku itu?" Riri terdiam mendapat tanya dari Gilang. Melihat respon Riri, Gilang langsung tahu kalau sahabatnya lupa lagi membawa buku yang dia pinjam. "Ri, kenapa kamu lupa lagi?" Hanya ada anggukan dengan wajah penuh penyesalan yang bisa Gilang dapati, tanpa suara. Gilang berdiri dari tempat duduknya. Disimpannya semua kesal dalam hatinya. Bukan sekali, dua kali atau tiga kali sudah lupa, tapi berulangkali terulang lagi. Lupa bawa buku pesanan Gilang, ini ketiga kalinya. Lupa dengan lain-lain, entah sudah berapa kali. Kali ini Gilang sudah lelah memarahi temannya. Karena seberapapun dia mengomel, maka Riri tetap akan lupa lagi. 

"Gilang, ... Maaf" kata Riri lirih pada Gilang. Gilang tak menyahut, dia hanya melangkah pergi meninggalkan sahabatnya yang masih terpenjara rasa bersalah. 

Gilang begitu heran dengan perubahan karakter Riri yang sekarang jadi super pelupa. Ada apakah gerangan? Usia Riri juga belum sampai dengan angka depan 4. Tapi pelupanya membuat Gilang lama-lama tak kuasa menahan amarah. 

Sementara itu Riri di rumah segera mengambil buku yang Gilang pesankan dan memasukkannya ke dalam tas kerjanya. Ini bukan pertama kali dia lakukan. Malangnya kadang pas hari H ketemu Gilang mendadak dia lupa ganti tas lainnya. Jadi otomatis bukunya pun jadi tidak terbawa. 

Esok harinya Riri dengan senyum penuh semangat membawa buku pesanan Gilang. Dia menunggu Gilang di cafe yang sudah ditentukan seperti biasa. Sore hari sepulang kerja. Semoga dengan ini Gilang tak marah lagi. 

Satu jam berlalu dari waktu yang dijanjikan namun Gilang belum juga nampak. Ada cemas di hati Riri. Tak biasanya begitu. Gilang selalu on time. 

Riri mengangkat HPnya tepat saat dia sedang resah. Gilang menelepon. "Ri, maaf mendadak aku lembur di kantor. Aku sampai lupa kalau janjian bertemu denganmu. Ini pekerjaan masih belum selesai. Paling beberapa jam lagi. Kita ketemu lain waktu ya. Maaf" Gilang mematikan telponnya setelah mendapat jawaban Riri dengan singkat "Oke"

Ah, padahal di hati Riri sama sekali tidak oke. Tapi mau bagaimana. Tak mungkinlah dia pergi ke kqntor Gilang hanya untuk mengantar buku. Kantornya cukup jauh dan berbeda arah dengan rumah Riri.

Setelah membayar semua tagihan makanan, pulanglah Riri dengan langkah lesu. "Gilang, Gilang, giliran aku ingat bawa buku, kamunya ga bisa datang" gerutu Riri sambil melangkah pelan menuju halte bus. 

Dalam perjalanan pulang Riri merenung di bus. Kapan ya bisa ketemu lagi dengan Gilang. Minggu ini akan sangat sibuk dengan berbagai pekerjaan di kantor. Beberapa rangkaian seminar akan digelar oleh kantor. Riri harus membantu persiapannya. Kadang juga harus pergi ke luar kota sampai sore untuk mempersiapan seminar di kota lain. Lelah badan ini. Aneka tugas yang menumpuk membuat Riri jadi sering lupa hal-hal lain yang tidak berkaotan dengan pekerjaan. Termasuk membawa buku pesanan Gilang.

Pernah sih terpikir mau mengirim buku melalui ojek online yang sedang marak ini. Namun Gilang menolak menerima buku yang dikirim melalui ojek. Riri juga heran. Alasannya, Gilang bilang dia tidak selalu berada di tempat. Jadi Gilang maunya ketemu dengan Riri. Tapi, pertemuan terakhir kemaren sudah membuat amarah Gilang meluap karena Riri lupa lagi untuk kesekian kalinya. 

Riri menatap buku di tangannya. Kenapa sih Gilang pengen sekali baca buku ini. Masih banyak buku-buku fiksi lainnya yang bagus kisahnya. Namun kenapa milih buku ini. Memang sih kisahnya menarik, lucu dan sarat dengan kehangatan kasih keluarga dengan berbagai pergolakan batin tiap anggota keluarganya. 

Sementara itu di kantor Gang masih berkutat dengan pekerjaannya. Sampai dia lupa waktu pulang. Jam menunjukkan pukul 8 malam. Segeralah dia bersiap pulang. Sebuah pesan masuk di HPnya.

"Gilang, aku belum tahu kapan bisa bertemu lagi denganmu. Besok sampai minghu depan, sekitar satu bulan ke depan, aku harus menyelesaikan banyak pekerjaan di kantor. Bagaimana dengan buku ini? Tadi aku membawanya ke cafe."

Pesan dari Riri. Gilang terdiam. Iya, kenapa aku bisa lupa janjian dengan Riri ya. Pekerjaan yang tiba-tiba menumpuk diberikan oleh ketua tum, membuatnya fokus bekerja sampai lupa hal lainnya. Selama ini Riri selalu ingat datang bertemu dengannya di cafe, tapi selalu lupa baw abuku pesanannya. 

Apa benar, saat pekerjaan sangat banyak akan membuat kita menjadi pelupa. Bukankah tadi dia juga lupa sama sekali sampai 1 jam lewat baru mengabari Riri. Bahkan Riri tidak protes sama sekali, apalagi marah. 

Riri memang tidak pernah banyak menceritakan pekerjaannya di kantor. Gilang hanya tahu kalau Riri mengerjakan bagian adkinistrasi. Sesekali saja Riri memasang foto-foto dalam aneka seminar. 

"Kau tidur jam berapa biasanya? Aku ambil ke rumahmu ya sekarang. Aku butuh sekali buku itu. Kalau menunggu sampai satu bulan ke depan, terlalu lama" jawab Gilang dalam pesan singkatnya. Tidak juga ada jawaban.

Gilang akhirnya memutuskan menemui Riri di rumahnya. Lama sekali Gilang tak pernah mengunjungi Riri. Meski mereka bersahabat, Riri jarang mau menerima Gilang di rumahnya. Riri selalu ada saja alasan menolak jika Gilang akan mengunjunginya atau mengambil buku itu di rumahnya. 

Gilang masih ingat rumah Riri. Sesampainya di halaman depan, Gilang mengecek HPnya. Masih belum ada balasan. Gilang turun dari sepeda motornya. Berjalan menuju pintu yang tertutup. Diketuknya pintu itu, beberapa kali. Tak juga ada yang membuka. 

Sampai akhirnya, pintu dibuka. "Gilang..?" Ada pekik tertahan dari Riri, melihat Gilang ada di depan rumahnya. "Kenapa tak bilang kalau mau datang?" Wajah Riri nampak lelah sekali, dan kaget. "Kenapa? Aku sudah bilang, lihat saja di HPmu." Kata Gilang. 

Terdengar suara anak kecil dari dalam rumah. Gilang kaget. Seingatnya, Riri ini belum menikah, dia hanya tinggal bersama ibunya. Tapi kenapa ada suara anak kecil. "Dia siapa?" Tanya Gilang ketika melihat seorang anak perempuan berlari keluar dari dalam  rumah menuju Riri dan memeluknya. 


Artist: Katon Bagaskara

Song: Bila Kau Ada Waktu

Album: Damai dan Cinta

....

Bersambung

Written by Ari Budiyanti

8 November 2019

#CerpenAri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun