Di dalam laboratorium, ruang pertumbuhan di mana ku letakkan semua hasil penelitianku, aku terdiam. Dalam hati aku berdoa, berbicara pada Tuhanku apa maksudMu ya Tuhan. Memgapa harus gagal di tahap ketiga? Itu tahap akhir. Yanga rtinya aku harus mengulang lagi dari tahapan awal.
Tak ada titik airmata menetes. Semua orang melihatku dengan rasa iba. Aku hanya tersenyum. "Saya harus mengulang lagi. Mungkin harus ambil calon eksplan dari tempat tumbuh pohon di tempat yang lain" Semua staf dan mahasiwa PKL pun mendoakan keberhasilan penelitian saya berikutnya.
Perbicangan sore itu, saat adik mahasiswi bermain ke kosku, tak kusangka dia mengomentari sikapku menghadapi kegegalan penelitian. "Kak Gita, aku merasa kagum. Kak Gota sama sekali tak nampak marah, atau menangis saat melihat penelitian kak gota gagal. Kalau itu terjadi padaku, mungkin aku akan nangis-nangis sampai marah-marah kali. Kak Gita sabar dan tabah sekali ya" Kata Nia padaku. Kaget juga mendengar komentar itu. Ternyata cataku bersikap mengahadapi kegagalan penelitian sangat diperhatikan.
Aku tersenyum. "Terimakasih Nia. Aku tak menyangka kalau kau sangat memperhatiakan reaksiku terhadap kegegalan. Iya, sebenernya aku amat sangat sedih. Semua tangisku luber di hati dalam doa-doaku pada Tuhan. Nyatanya jika aku marah-marah, menangis dan emosi berlebihan lainnya, bukankah tidak mengubah hasil? Gagal ya tetap gagal. Tak berubah jadi berhasil dengan marah-marah. Aku belajar bahwa kesabaran yang kau lihat dariku, tak lebih dari hasil doaku pada Tuhan. Tuhan sendiri yang menolongku menerima kegagalan dengan ketabahan. Mau tak mau ya harus mengulang lagi dan lebih hati-hati agar tidak sampai gagal lagi. " jelasku pada Nia. Aku jujur. Tak mau aku berpura-pura tetap bahagia. Sedih itu ada, hanya semua kubawa dalam doaku pada Sang Kuasa.
Perbincangan sore itu menolong membuka mataku. Bahwa betapa hidupku ini bagai surat terbuka yang sedang dibaca jelas oleh orang-orang di sekelilingku. Termasuk adik kelas dari kampus lain yang sedang PKL di perusahaan tersebut.Â
"Aku akan ingat semua nasehat kak Gita, jika tiba saatnya aku skripsi nanti, akan kucoba hadapi dengan kesabaran dan ketabahan. " kata Nia. Aku senang sekali mendengarnya. Petang data g membuat Nia pamit pulang.Â
Hanya beberapa hari kemudian semua mahasiswa PKL itu sudah selesai. Tinggal aku sendiri saja melanjutkan skripsiku. Penelitian terpakasa kuulang lagi. Dan kali ini aku lebih hati-hati agar tidak terjadi kontaminasi pada hasil penelitianku dalam botol-botol kecil itu.
Akhirnya, semua berakhir indah. Penelitianku berhasil. Dan aku bisa pulang ke kota di mana kampusku berada. Aku bisa melanjutkan mengerjakan skripsiku dan mengejar ujian pada waktu yang ditentukan. Akhirnya aku memang bisa wisuda dengan teman-teman seangkatanku. Meskipun aku termasuk yang terakhir mengikuti ujian skripsi.
Gelar S1 pun kuterima dengan senang saat wisuda. Memang nilai skripsiku tidak maksimal layaknya beberapa teman. Tapi setidaknya semua pelajaran kehidupan kudapati saat proses pelaksanaan penelitian skripsiku ini. Aku menikmati prosesnya. Hasil dari kesabaran dan ketabahanku pada akhirnya berbuah manis. Bapak dan Ibu sangat bangga dan juga datang pada acara wisudaku. Aku berfoto bersama teman-teman seangkatan. Jiga tentu saja berfoto dengan Ratih. Teman seperjuangan di perusahaan itu.Â
Jadi teman-teman, jika ada masa di hidupmu seperti gagal dan harus mengulang sesuatu, sabar dan tabahlah. Jangan pernah berhenti di tengah perjalanan. Perjuangan yang sudah dimulai, selesaikan dengan baik hingga garis finis.
Mau berjuang bersamaku menggapai mimpi? Ingatlah bahwa Tuhan selalu bersamamu dalam masa suka dan dukamu.