Tapi saat kusebut bunga seruni, dia berhenti membaca bukunya sejenak. Menyakan padaku mengapa menyukai seruni. Kujawab panjang lebar dan hanya dibalas dengan senyum saja. Apakah aku banyak bicara? Astaga. Untung kami segera tiba. Jika tidak aku bisa lemas duduk lebih lama di dekatnya menghadapi sikap cueknya.
Setelah kami beres-beres dan menempati ruangan di beberapa vila yang sudah ditentukan, kami pun segera mengikuti acara kebersamaan. Setelah itu semua diberi waktu bebas. Mereka memilih jalan-jalan dekat villa untuk memberli aneka jajanan untuk oleh-oleh.Â
Rasa lelah dan takut berdebar lagi saat bersama pak Rian membuatku memutuskan tinggal di villa dan mencari temlat nyaman untuk berpuisi. Sampai kutemukan tempat di belakang villa dengan pemandangan taman bunga seruni.
Duduk sambil meyenandungkan lagu itu yang kembali muncul lagi di kepalaku. Menikmati bunga di depan mata. Dengan notebook di meja siap menerima puisi baruku lagi. Keasyikan dengan semua itu membuatku tak sadar ada seseorang berjalan ke arahku dan tiba-tiba sudah disampingku dan dia pak Rian.Â
Aku tak bisa menyembunyikan keterkejutanku. Terlebih saat dia memuji suaraku menyenandungkan lagu tadi. Dam dia malah duduk manis di depanku, tersenyum dan menyanyikan lagu tadi versi lengkapnya.
Aduh Tuhan aku mohon tolong agar aku bisa menguasai diri. Aku sungguh terpesona. Bagaimana dia bisa sangat mahir memainkan gitarnya sambil menyanyikan lagu itu. Apakah dia adalah pria yang tak sengaja ku temui di taman dua bulan lalu. Dan dia ternyata pak Rian atasanku di kantor? Benarkah?
Terbuai senandungnya sehingga tak bisa kujawab tanyanya berulang kali mengenai puisi-puisi di blogku. Aku hanya bisa anggukan kepala saja bahkan saat dia menanyakan tentang Putri Bunga. Dia menyukai puisi-puisiku ternyata.Â
Astaga ada apa ini. Bagaimana bisa. Aku suka lagunya yang ternyata ciptaannya, dan dia suka puisi-puisiku di blog Putri Bunga. Tiba-tiba dia pergi begitu saja dari hadapku menuju teman yang memanggilnya.Â
Aku masih berusaha mengendalikan hatiku. Astaga kalau dia sampai mengungkapkan isi hatinya sekarang, ku pasti tak akan bisa menolaknya ya Tuhan. Tolong aku. Kutatap lekat bebungaan seruni di hadapanku, di kaki bukit.
Ketika tiba-tiba dia sudah ada di depanku lagi dan memberikanku seikat bunga seruni penuh warna. Dan dia bilang "I love you, Sekar" aku seperti melayang dan mabuk kepayang mendengar kalimat itu terucap dari pria pemusik itu yang ternyata adalah pak Rian.
"I love you too, pak Rian" entah mengapa aku benar tak bisa menahan luapan hatiku. Aku langsung menjawab ungakapan rasa itu dengan rasa yang sama.Â