Astaga, dia tiba-tiba menghentikan mobilnya begitu saja di tepian jalan raya dan menatapku tajam. Apa salahku. Apakah suara laguku mengganggu konsentrasinya menyetir. Atau suaraku dalam menyanyi seburuk itu hingga membuatnya marah. Dia ini kenapa?
"Kau tahu dari mana lagu itu?" Tanya pak Rian tajam. "Sa-saya mendengarkan tanpa sengaja seseorang di belakang saya menyanyikan lagu itu sambil bermain gitar. Saya suka lagunya meski hanya sebait yang saya hafal. Kenapa pak Rian?" Pak Rian sangat terkejut. "Di mana kau dengar lagu itu dinyanyikan?" Tanyanya lagi lebih penasaran.Â
"Di taman bunga dekat rumah saya. Kalau malam minggu saya suka duduk-duduk di taman. Karena saya suka bunga dan bisa menginspirasi saya berpuisi. Tapi waktu itu, ada orang bermain gitar di belakang saya. Tapi saya sama sekali tidak bermaksud menguping. Saya memang dengarkan begitu saja." Jawabku apa adanya dengan jujur.Â
"Apa kau tahu siapa orang itu?" Tanya dia lagi. Aku hanya menggeleng. Ada desah nafas lega darinya. Lalu dia kembali mengemudikan mobilnya. Tanpa bicara lagi. Tanpa penjelasan. Aneh. Kenapa sih dia. Tapi aku tidak cukup berani menanyakannya saat ini.Â
Sesampainya di rumah, hatiku sangat berbunga-bunga. Setelah pak Rian pergi, aku masih sempatkan duduk-duduk di antara koleksi seruniku. Kutulis satu puisi rasa hatiku malam itu. Seperti biasa langsung kupostingkan di blog puisi ku. Putri Bunga. Lama aku tak menulis, seaktif dulu. Pekerjaan baruku sungguh menyita waktuku.
Keesokan harinya aku berangkat kerja seperti biasa. Dan ada pengumuman menyenangkan. Ternyata pak direktur memberi kami fasilitas berlibur ke kota bunga Bandung. Wah itu kan kota favorite ku karena akan ada banyak bunga bisa ku temui di sana.Â
Sabtu pagi kami berangkat dan entah mengapa aku harus kesiangan bangun pagi itu sehingga aku terlambat datang. Malu aku, tapi rekan-rekan kerjaku tidak memarahiku.Â
Suasana pagi itu secerah hati nereka semua yang mau berlibur. Sudah penuh sesak busa dengan teman-teman yang membawa keluarga. Aku duduk mana ya. Aku tersentak saat pak Ardi memanggilku memberi tahuku tempat duduk kosong.Â
Aku bersegera menujunya dan dikejutkan ketika dia memberikan tempat duduknya di dekat pak Rian. Pak Rian juga nampak terkejut. Masih bingung antara menerima dan menolak. Pak Ardi sedikit memaksaku duduk dengan pak Rian.Â
Tapi pak rian apakah mau duduk sebelahan denganku? Masih sibuk dengan pikiranku ketika pak Rian tiba-tiba berdiri dan memberikan tempat duduknya di dekat jendela kaca bus. "Duduk di sana"
Jadi dia tidak keberatan ya. Syukurlah. Tapi, astaga bukunya itu kenapa ikutan naik bus. Dia bahkan tidak mengajakku bicara. Hanya baca buku saja. Sedangkan aku disebelahnya berdebar kencang. Kucoba alihkan sambil.melihat bunga-bunga itu. Terlebih saat melewati nursery - nursery indah. Kusebutkan satu persatu bunga yang kulihat. Aku mengalihkan debaran jantungku saja.Â