Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.953 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 27-10-2024 dengan 2.345 highlights, 17 headlines, 111.175 poin, 1.120 followers, dan 1.301 following. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kalap Jika Lihat Diskon Buku? Buka Perpustakaan Pribadi Saja

4 September 2019   21:35 Diperbarui: 5 September 2019   19:29 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
NIV Bible Study buku koleksi saya. Photo by Ari

Petang ini saya mendapat pesan WA dari kakak saya. Indonesia International Book Fair 2019 dibuka hari ini, 4 September 2019 di Jakarta Convention Center (JCC). 

Sudah bukan rahasia lagi kalau saya ini pengoleksi buku. Judul buku yang saya punyai memang sudah lebih dari dua ratus. Sebagian besar buku sudah saya baca terlebih dulu, baru saya beli bukunya. 

Beberapa koleksi buku saya. Photo by Ari
Beberapa koleksi buku saya. Photo by Ari
Sebelum saya bisa mengumpulkan uang sendiri, saya hanya membaca di perpustakaan atau pinjam teman. Tak pernah ada kesempatan bisa beli buku apalagi sampai mengoleksi. 

Bertahun-tahun sejak masa kecil saya, tak pernah saya bermimpi mempunyai perpustakaan sendiri. Saya cukup sadar diri melihat kondisi ekonomi masa kecil keluarga saya. Tak pernah bisa dipungkiri, teladan baca dari bapak dan ibu saya mau tak mau menurun pada kami anak-anaknya. 

Dua buku besar berisi kisah kehidupan selalu dibacakan ibu saya di malam hari menjelang tidur kami. Kisah-kisah menarik yang memberi kami pelajaran akan nilai-nilai kehidupan yang hakiki. Jangan bayangkan bukunya seperti buku cerita untuk anak jaman now ya, yang penuh gambar aneka warna. 

Buku besar milik Ibu tidak berwarna. Jadi hitam putih. Ada beberapa gambar besar mewakili tiap cerita. Kami mendengarkan Ibu bercerita dengan antusias. Sementara bapak selalu membuka surat kabar lebar-lebar, setiap Minggu pagi yang cerah. Karena Bapak bekerja di luar kota, makan kami hanya ada kesempatan melihat Bapak membaca koran di Minggu pagi saja. Tapi itu rutin. Bapak juga sering membawa koran bekas yang sudah tidak dipakai dikantornya, untuk dibaca anak-anaknya. Kalau ada gambar-gambar menarik, biasanya saya kumpulkan, digunting dan dijadikan kliping. 

Sampai saya kuliah, kondisi ekonomi kami masih biasa-biasa saja. Malah sering kurang. Karena itu saya juga harus menghemat sekali untuk biaya hidup di Surabaya. Terkadang ada keinginan yang tak tertahankan untuk memiliki suatu buku bagus. Saya akan memotong uang makan saya sedemikian rupa agar bisa menyisihkan uang untuk beli buku. Seprihatin itu ya. Itu kenangan masa lalu. Tapi membaca buku menjadi kebutuhan yang tak terelakan. Meskipun saya tidak mengoleksi buku masa itu, saya masih rajin pinjam buku di perpustakaan.

Setelah saya lulus kuliah dan mendapat pekerjaan, tentulah saya dapat gaji. Saya langsung tidak bisa menahan diri untyk memiliki buku-buku bagus yang pernah saya baca. Saya berburu ke toko buku dan menyisihkan uang gaji saya bisa sampai Rp. 200.000 per bulan untuk beli buku. Ada kalanya kurang dari 200 ribu tapi tak jarang juga lebih dari itu. 

Jika saya jalan-jalan ke mall dan melihat aneka baju, tas, sepatu, dompet, dan sebagainya yang bagus-bagus, saya bisa loh menaham diri tidak membeli semua itu meski uangnya ada. Saya akan beli barang-barang itu jika saya sudah sangat membutuhkannya. Kalau beli untuk sekedar mengoleksi benda-benda di atas, hampir tak pernah.

Tapi kalau saya sudah masuk toko buku, dan pas ada diskon, saya bisa loh bawa 4 sampai 5 buku sekali belanja. Kalau buku tidak diskon saja, dan bagus, saya mau beli, bisa dibayangkan kalau diskon besar-besaran. Bisa benar-benar bikin kalap. Mata hati saya seolah tertutup. 

Pengalaman dulu, ada marketing buku datang menawarkan buku dengan diskon yang lumayan besar, bisa dicicil juga pembayarannya karena tim marketingnya datang setiap bulan ke tempat saya bekerja. Ini pengalaman saya. Benar pernah terjadi. Membeli buku seharga Rp. 750.000 dan dibayar dengan cicilan 5 kali. Jadi per bulan bayar 150 ribu. Orang -orang mencicil rumah atau mobil, saya hanya mampu mencicil buku. Ya sudahlah tak mengapa bukan? Ibu saya sampai penasaran. Buku apa yang saya beli dengan harga segitu mahal. Ini dia bukunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun