Mudik menjelang lebaran menjadi agenda tahunan buat saya. Mudik itu wajib bagi saya. Ingat sekali komentar seorang teman waktu mendengar kisah mudik saya di masa lalu dengan kereta api. "Aduh Ari, kalau mesti begitu, aku pilih ga mudik saja."Â
Saya hanya tertawa. Buat saya, mudik menjelang lebaran tidak boleh dibatalkan. Apapun kondisi perjalanannya, harus ditempuh. Dukanya, paling sepanjang jalan kalau naik kereta api, sesak penumpang dan kadang terpaksa berdiri. Kepanasan dan juga letih. Namun membayangkan bertemu orang tua dan saudara-saudara di kampung, memberi semangat untuk saya mudik.
Saya sering tertidur di dalam kereta api. Adakalanya saya mengobrol dengan orang-orang yang duduk di samping atau depan saya. Kadang jika kondisi memungkinkan saya juga baca buku sambil mendengarkan musik.
Pengalaman lain mudik naik bus umum. Berulang kali saya juga mudik naik bus. Saya harus datang ke terminal bus paling lambat 1 jam sebelum bus berangkat, demi mendapat tiket bus. Kalau hari-hari biasa bisa datang menjelang bus berangkat. Tapi tidak berlaku saat menjelang lebaran. Bisa tidak kebagian tiket.
Setelah mendapat tiket biasanya saya cari tempat duduk sambil menunggu bus berangkat. Sudah lama berlalu masa-masa itu. Mudik naik bus.Â
Pernah juga satu kali saya dan penumpang satu bus mengalami kecelakaan. Bus menubruk bagian belakang mobil kontainer. Kaca bus retak tapi tidak sampai pecah. Untungnya tidak sampai pecah. Memang kondisi bus waktu itu, remnya tidak berfungsi. Tapi karena bus melaju pelan, masih bisa terkendali tidak sampai menabrak keras. Itu kisah duka lainnya saat mudik.
Keselamatan selama mudik adalah harapan semua orang. Namun selalu ada kondisi-kondisi yang tidak terduga bisa terjadi dan kita harus bersiap. Kadang tak bisa menolak. Karena itu, penting sekali doa selalu dinaikkan sepanjang perjalanan. Semoga mudik kali ini lancar ya teman-teman. Aman semua sampai tujuan. Amin
Kisah selanjutnya, mudik naik mobil travel. Travel yang saya naiki, memberi fasilitas antar jemput. Jemput di rumah dan antar sampai tujuan. Memang sih saya sering kebagian dijemput pertama dan diantar terakhir. Perjalanan saya jadi paling panjang dibanding penumpang lainnya.Â
Selama naik travel, saya lebih suka memilih duduk di depan, sebelah supir agar bisa melihat pemandangan jalan raya dengan leluasa. Naik mobil travel juga banyak cerita. Karena jumlah penumpang lebih sedikit, maka perjalanan bisa lebih nyaman. Selalu dapat tempat duduk. Tidak mungkin sampai harus berdiri.Â
Lalu lintas yang padat membuat perjalanan menjadi terhambat. Banyak orang naik kendaraan pribadi bersama keluarga untuk mudik dengan tujuan yang sama, ke kampung halaman.Â
Cara lainnya menikmati perjalanan mudik, biasanya dengan menikmati pemandangan di tepi jalan raya. Saya paling suka kalau kendaraan mulai melewati jalan menembus hutan. Pemandangan pepohonan hijau menyehatkan mata. Setidaknya ada para penyerap karbon dioksida yang dikeluarkan kendaraan bermotor dan pemberi oksigen bagi para pemudik. Cukup menyegarkan.
Banyak pedagang dadakan di pinggir jalan berjualan aneka makanan kecil dan minuman. Jadi jika sewaktu-waktu butuh, ada yang sudah menyediakan. Baginpara pemudik, kemacetan acapkali membuat keluh kesah keluar. Namun bagi para pedagang dadakan, atau pedagang asongan, keadaan ini kesempatan mereka menjajakan dagangan mereka. Selalu ada sisi positif dari sudut pandang yang lain. Ada yang diuntungkan pula, mendapatkan penghasilan tambahan saat macet mendera.Â
Itu kisah-kisah seru saya selama perjalanan mudik. Bagaimanapun kondisinya, tergantung cara kita meresponnya. Apakah akan berkeluh kesah, atau memilih menikmati keadaan tersebut dengan lapang dada. Silakan memilih sobat.Â
Pada akhirnya, perjalanan mudik akan diakhiri dengan pertemuan dengan keluarga besar, sahabat lama, atau para tetangga. Ada aneka acara silaturahmi diadakan. Iya, demi itu semua, mudik pun akan ditempuh apapun resikonya.
Selamat menikmati perjalanan mudik rekan-rekan pembaca sekalian.
Salam mudik
..
Written by Ari Budiyanti
2 Juni 2019
#mudikAsyik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H