Yang sempat saya lihat, gorengan yang dijual tadi ada risoles, tahu isi, tempe goreng tepung, bakwan, pastel, Â dsb.
Selama di Tangerang ini, saya sempat kesulitan mencari penjual makanan favorit saya ini, tempe mendoan. Sampai akhirnya ada juga di sekitar tempat saya tinggal. Tapi itupun hamya bertahan beberapa ban saja. Tempe mendoan ini kalau masih hangat/panas, enak sekali buat lauk makan. Tentu saja dengan aksesoris cabai rawit hijau. Tidak apa ya saya bahas makanan di malam hari. Sudah pada berbuka puasa kan untuk semua rekan.
Makanan lain yang saya rindukan adalah gethuk. Ini juga tadi tidak saya lihat. Gethuk itu makanan yang terbuat dari singkong, ditambah parutan kelapa. Kalau di rumah, Ihu saya juga sering membelikan saya gethuk di pasar.Â
Kembali lagi ke mari. Saya sempat beli kolak dalam mangkok plastik rasanya manis dan enak. 1 porsi sudah di kemas dalam mangkok plastik harganya Rp. 10.000, isinya ada singkong, ubi ungu, kolang-kaling dan pisang. Sayangnya lupa tidak saya foto.Â
Makanan lain yang saya beli adalah bubur sumsum yang dicampur sama biji salak. Maksudnya makanan yang namanya biji salak ya. Bukan biji dari buah salak. Ini dia fotonya.
Mari kita lanjutkan. Dari Gading Serpong saya jalan ke arah Kelapa Dua. Sekitar 10 sampai 15 menitan kalau jalan santai. Memang ada juga beberapa penjual takjil ini ya. Tapi letaknya juga agak terpencar. Ada beberapa saja yang berdekatan karena di area samping pasar kelapa dua.Â
Saya ini memang ke mana-mana sering jalan kaki di sini. Selain sehat, memang saya juga tidak punya sepeda motor. Paling banter naik kendaraan roda empat yang hanya dengan lambaian tangan segera berhenti, tapi saya harus bayar tarif ke supirnya. Murah lagi. Anda tahu kan yang saya maksud. Iya betul, angkot. Makanya kalau bisa dapat sepeda motor dari Kompasiana kan lumayan. Berharap, boleh aja kan.Â