Selama menulis di blog, saya tidak terlalu banyak menikmati hasilnya. Saya tidak tahu respon pembaca. Lalu salah seorang teman saya, kakak kelas di kampus, yang juga sudah jadi
kompasianer beberapa tahun, mengajak saya untuk mencoba menulis di
Kompasiana. Awalnya saya tidak terlalu tertarik. Saya tidak terlalu yakin, mau menulis apa.Â
Lalu saya juga disarankan menulis saja apa yang saya paling suka yaitu puisi. Dan saya pun mulai bergabung di Kompasiana dengan menuliskan puisi-puisi saya. Berikut puisi pertama saya yang tayang di Kompasiana dan merupakan satu karya favorit saya. Ketika Alam Marah.Â
Saya awalnya tidak tahu. Di Kompasiana ada kategori Pilihan Editor, Artikel Utama, Nilai Tertinggi maupun Terpopuler. Saya posting saja tulisan saya. Sampai suatu ketika, ada tulisan saya yang saya lihat "views" nya berbeda dari tulisan saya lainnya, cukup banyak. Sebagai pemula, saya tanyakan ke teman saya. Baru saya tahu ada kategori pilihan Editor.
Setelah tahu hal itu, saya jadi mulai "mengejar"nya. Senang rasanya kalau mendapati ada label pilihan editor di samping tulisan saya. Mungkin dianggap lebay ya bagi sebagian orang. Tapi jujur saya menikmatinya. Rasa senang jika tulisan menjadi pilihan. Saya berharap jiga ada tulisan-tulisan saya yang bisa jadi artikel utama. Pasti senag rasanya. Pikir saya.Â
Salah satu puisi saya yang menjadi pilihan editor ada pada gambar di atas. 100 tulisan pertama yang saya postingkan di Kompasiana adalah bentuk puisi. Sampai ada karya saya berjudul puisi ke 100. Lalu karena kesibukan di akhir tahun, saya berhenti menulis sebentar. Di awal tahun baru 2019, Januari lalu, saya pun menulis puisi pertama saya di Kompasiana.Â
Setelah menulis puisi, saya memcoba membuat narasi sederhana, sangat singkat. Tidak ada satupun yang jafi pilihan editor. Saya sempat berputus asa. Saya pikir saya tidak cukup baik menulis narasi sederhana. Taoi teman saya memberi motivasi untuk terus mencoba. Saya pun mulai menulis lagi kisah-kisah sederhana. Mulai dari kegiatan saya mengajar di sekolah sehari-hari sampai kisah-kisah traveling saya.Â
Lalu di bulan Februari, ada kejutan menarik dari Kompasiana. Satu tulisan saya terpilih jadi artikel utama.
Saya kaget dan juga senang. Oh begini ya rasanya pertama kali artikel terpilih jadi headline atau artikel utama. Wah, mungkin ini juga dianggap berlebihan ya sama para kompasianer yang sudah berulang kali tulisannya jadi Headline. Tapi tidak apa, saya mejikmatinya.
Berawal dari kunjungan saya ke rumah kakak saya di Klampok, kunjungan singkat, saya bisa menulis satu artikel tentang kebun bunga di sana. Mungkin karena bulan Februari bertemakan kasih sayang, artkel saya terpilih jadi salah satu artikel headline.Â
Lihat, sampai saya dokumentasikan pencapaian saya pertama ini. Pun selanjutnya saya mendapat artikel lainnya juga jadi artikel utama. Saya senang berkebun sejak kecil karena teladan Bapak saya. Dan di Kompasiana, saya bisa berbagi kisah-kisah saya berkebun. Mulai dari berkebun sayur, maupun tanaman bunga. Saya tidak.menyangka, itupun bisa jadi artikel utama di sini.
Saya juga mengikuti page Kompasiana di facebook. Waktu tulisan saya jadi headline, saya lihat dibagikan juga di facebook resmi Kompasiana. Begitulah kisah saya bersama Kompasiana. Foto-foto yang saya kumpulkan pun bisa menjadi ilustrasi-ilustrasi untuk tulisan saya.Â
Lihat Hobby Selengkapnya