Koleksi kami bertambah. Ada bunga Kamboja Jepang juga. Bahkan bunga kamboja wanginya semerbak yang biasa di tanam di pemakaman, kami pernah punya juga di halaman belakang rumah.
Di masa kecil saya, saya suka sekali dengan bunga ceplok piring atau kacapiring. Setiap kali muncul kuncupnya, kan saya hitung jumlah semua kuncupnya. Selanjutnya saya tunggu sampai mekar. Dan saya hitung juga. Bunganya harum sekali.Â
Pernah juga saya melakukan eksperimenn / percobaan kecilpada waktu saya SMP. Saya menanam tomat di dua tempat. Satu di pot dari kaleng dan satu lagi saya tanam di tanah langsung di halaman samping rumah. Keduanya saya perhatikan tumbuhnya. Hasilnya waktu itu, tanaman tomat yang di dalam kaleng buahnya lebih kecil dari pada yang di tanah langsung tanpa pot. Bahkan hasil pengamatan saya tersebut pernah saya jadikan tugas pelajaran IPA waktu SMA. Menarik sekali pengalaman saya di masa lalu bersama Bapak.
Bapak saya bukan seorang guru yang mengajar di sekolah formal. Bapak mengajari saya di sepanjang hidupnya untuk hidup mencintai lingkungan. Melestarikan alam di sekitarnya dengan menanam aneka jenis tanaman. Menyiapkan makanan sehat buat keluarganya melalui buah-buahan yang kami panen. Dan memperkenalkan kepada saya beraneka ragam jenis tanaman hias dan pohon buah.Â
Warisan teladan Bapak inilah yang terus saya lestarikan dalam hidup masa kini. Saya terus menyukai berkebun, baik tanaman bunga, buah dan sayuran hijau. Saya pun mewariskannya kepada murid-murid saya. Kisah tentang almarhum Bapak saya ini juga akhirnya menginspirasi para siswa yang belajar bersama saya.Â
Jika ditanya siapa guru IPA pertama saya, tentulah jawabannya adalah Bapak saya.
My father is my first science teacher.Â
..
Written by Ari Budiyanti
3 April 2019