Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 3.000 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 20-12-2024 dengan 2.392 highlights, 17 headlines, 112.449 poin, 1.133 followers, dan 1.315 following. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sebuah Kisah dari Suatu Perjalanan di Masa Lalu

1 April 2019   21:21 Diperbarui: 1 April 2019   21:50 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perjalanan saya naik bus. Photo by Ari

Di suatu masa yang lama telah berlalu, ini kisahku.

...

Dalam perjalanan ke Purwokerto, hujan sangat deras, dengan melewati jalan yang berkelak-kelok dan naik turun, bukit dan hutan di kanan kiri jalan, bus yang saya tumpangi melaju dengan sangat kencang karena mengejar operan penumpang dari bus di depannnya. 

Dalam perlindungan Tuhan, semua berjalan baik sampai akhirnya para penumpang dari bus di depanku pindah ke bus yang kutumpangi. 

Disinilah saya mulai belajar, ketika seorang ibu, yang menurutku mewakili perasaan para penumpang lainnya, mengungkapkan kekesalan hatinya, karena marah dan merasa diperlakukan tidak menyenangkan.

 Coba bayangkan, hujan sangat deras disuruh pindah bus padahal tidak ada payung, belum lagi masih harus bawa barang yang banyak dan anak kecil. Tidak dapat dipungkiri, ini memang keadaan yang sangat tidak menyenangkan. Saya hanya diam mendengar keluhan ibu tersebut. Tidak tahu harus berkomentar apa saat itu.

Saya sungguh menganggap ini sebagai suatu perjalanan yang memberikan banyak pelajaran. Dalam hidup, ada banyak hal tidak menyenangkan bisa terjadi kapanpun. Tapi yang terpenting, bagaimana hati ini bersikap terhadapnya.

Saat menghadapi dengan keluh kesah dan rasa marah, beban dan kesulitan yang sudah berat itu akan terasa lebih berat. Dan juga, pada akhirnya diri kita sendirilah yang menanggungnya. 

Keluhan dan kemarahan atas kondisi yang tidak nyaman, yang mungkin seketika menimpa kita tanpa diduga, justru membuat kita terasa lebih berat menjalaninya.

Dalam keadaan seperti ini, hal pertama yang selalu saya lakukan adalah berdoa pada Pencipta dan Pemelihara hidup saya. Karena jika mengikuti keinginan hati, keluh kesah dan amarah akan segera keluar. Namun dengan berdoa, saya secara pribadi meminta bantuan Tuhan agar bisa mengendalikan emosi dan mengatasi keadaan sulit.

Itu kisah sederhana dan singkat saya malam ini. Terinspirasi kisah perjalanan lebih dari 10 tahun lalu.

"Karena hati yang gembira adalah obat yang manjur, tapi semangat yang patah mengeringkan tulang." (Amsal 17:22)

..

Written by Ari Budiyanti

1 April 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun