Di suatu masa yang lama telah berlalu, ini kisahku.
...
Dalam perjalanan ke Purwokerto, hujan sangat deras, dengan melewati jalan yang berkelak-kelok dan naik turun, bukit dan hutan di kanan kiri jalan, bus yang saya tumpangi melaju dengan sangat kencang karena mengejar operan penumpang dari bus di depannnya.Â
Dalam perlindungan Tuhan, semua berjalan baik sampai akhirnya para penumpang dari bus di depanku pindah ke bus yang kutumpangi.Â
Disinilah saya mulai belajar, ketika seorang ibu, yang menurutku mewakili perasaan para penumpang lainnya, mengungkapkan kekesalan hatinya, karena marah dan merasa diperlakukan tidak menyenangkan.
 Coba bayangkan, hujan sangat deras disuruh pindah bus padahal tidak ada payung, belum lagi masih harus bawa barang yang banyak dan anak kecil. Tidak dapat dipungkiri, ini memang keadaan yang sangat tidak menyenangkan. Saya hanya diam mendengar keluhan ibu tersebut. Tidak tahu harus berkomentar apa saat itu.
Saya sungguh menganggap ini sebagai suatu perjalanan yang memberikan banyak pelajaran. Dalam hidup, ada banyak hal tidak menyenangkan bisa terjadi kapanpun. Tapi yang terpenting, bagaimana hati ini bersikap terhadapnya.
Saat menghadapi dengan keluh kesah dan rasa marah, beban dan kesulitan yang sudah berat itu akan terasa lebih berat. Dan juga, pada akhirnya diri kita sendirilah yang menanggungnya.Â
Keluhan dan kemarahan atas kondisi yang tidak nyaman, yang mungkin seketika menimpa kita tanpa diduga, justru membuat kita terasa lebih berat menjalaninya.
Dalam keadaan seperti ini, hal pertama yang selalu saya lakukan adalah berdoa pada Pencipta dan Pemelihara hidup saya. Karena jika mengikuti keinginan hati, keluh kesah dan amarah akan segera keluar. Namun dengan berdoa, saya secara pribadi meminta bantuan Tuhan agar bisa mengendalikan emosi dan mengatasi keadaan sulit.
Itu kisah sederhana dan singkat saya malam ini. Terinspirasi kisah perjalanan lebih dari 10 tahun lalu.