Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.953 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 27-10-2024 dengan 2.345 highlights, 17 headlines, 111.175 poin, 1.120 followers, dan 1.301 following. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mengapa Aku?

13 Januari 2019   14:44 Diperbarui: 13 Januari 2019   14:46 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Burung hijau kuning takntahu nama. Hinggap di atas pohon mangga depan rumah. Indah sekali. Photo by Ari

Mencintai, suatu rasa yang kadang membingungkan,
Membuat rindu selalu dan tersenyum bila terkenang
Menangis saat tiada kuat menahan cinta
Memberi tanpa mengharap diberi pula

Memotivasi ketika diri mulai lemah
Mematahkan semangat bila berlalu
Menyukakan hati setiap bertemu
Melegakan jiwa waktu bicara

Meski jauh terpisah lama oleh jarak dan waktu
Bukan menjadi pudar atau menghilang
Malahan menguat dan menetap di hati
Apalagi saat dinyatakan dalam kata

Membuat angan melayang teringat pasti
Sepanjang hidup sampai ajal menjemput
Tetapi cinta tetap menyatu di hati

Sekuat tenaga aku menahan hati ini
Agar mampu menjaga cintaku yang padamu
Setiap keraguan menghantui dan menggodaku
Supaya kuakhiri saja saja cinta di hati

Entah seberapa besarnya cinta itu
Tak kuasa kupunahkan dari hatiku
Terlalu kuat menancap sampai ke dasar kalbuku
Juga cinta yang memenuhi seluruh ruang jiwaku
Mengiringi semua langkah hidupku

Sebelum semua dinyatakan padaku
Setia selalu kupertahankan cinta ini padamu
Yang selalu mengajariku banyak hal
Baik yang membahagiakan atau mendukakan
Dibalik semua itulah kukenali ketulusan
Dan ku mengerti pula kejujuran itu

Bahkan aku tak pernah tahu awal dari cintaku
Apalagi bila ditanyakan tentang akhirnya
Berusaha tabah mengalirkan cinta bersama waktu
Sampai kesudahan yang ditentukan atas cintaku

Mungkin selamanya selalu cinta yang satu ini
Kan mengisi relung-relung hatiku
Senada dengan irama lagu cintaku
Yang kucipta sendiri berdasar cinta yang kurasai
Bukan tiruan tapi murni cintaku sumbernya

Hanya kan kuberikan pada satu cinta
Yang kini ada di belahan hati yang lain
Namun terasa begitu dekatnya dengan nuraniku
Karena kekuatan apa aku pun tiada tahu

Selalu cinta yang mampu hadirkan semangat baru
Terus melangkah menggapai kepastiannya
Tanpa sedikitpun keraguan membayang di depan
Karna kuyakin akan cintaku yang adalah padamu

Terimakasih telah mengajariku mencintamu
Dan tak pernah berhenti berdoa untukku
Salamku untukmu yang jauh dari sisiku
Yang selalu melekat erat di kalbuku
Yang teramat mencintamu, mengapa aku . . . ?

Written by

Ari Budiyanti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun