[caption id="attachment_2165" align="alignleft" width="300" caption="Ilustrasi Gambar:dadangsupriadi.wordpress.com"][/caption]
Setiap orang memiliki profesi masing-masing yang berbeda. Untuk mendukung keahlian Sumber Daya Manusia (SDM) yang terbaik dari masing-masing profesi tersebut maka syarat untuk mencapai harapan tersebut adalah dengan cara memperbanyak Ilmu pengetahuan dan wawasan kita dalam profesi yang kita jalani.
Untuk bisa mendapatkan Ilmu pengetahuan dan wawasan kita, caranya teramat sangat beragam. Berjuta cara bisa kita lakukan untuk bisa mendapatkan Ilmu Pengetahuan dan wawasan di bidang kita masing-masing. Namun apapun cara dan nama lembaga tersebut, SATU YANG PASTI bahwa dalam proses tersebut adalah unsur utamanya adalah unsur MEMBACA. Yang membedakan selanjutnya adalah apa yang dilakukan oleh seseorang tersebut setelah MEMBACA. Apakah seseorang tersebut hanya DIAM atau setelah MEMBACA kemudian mewujudkan apa yang dia BACA maka dapatlah dia Ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas. Setelah itu, letak yang membedakan kecerdasan dan keahlian seseorang yang satu dengan yang lain adalah terletak pada tingkat seberapa banyak dia membaca kemudian mengamalkan apa yang dia baca.
Namun Ironisnya, selama ini orang banyak "tertipu" dengan doktrin-doktrin lama bahwa untuk mendapatkan Ilmu pengetahuan dan wawasan luas hanya bisa di peroleh melalui jalur-jalur pendidikan formal bernama SEKOLAH, KAMPUS, atau lembaga pendidikan formal yang lain. Tujuan tersebut tentunya dimanfaatkan oleh lembaga-lembaga pendidikan formal untuk menjadikanya ladang "bisnis" yang menggiurkan.
Lihat saja, hampir semua orang tua kerja keras banting tulang untuk mencari uang. Ketika ditanya untuk apa uang tersebut, salah satunya pasti sebagian besar untuk membayar biaya sekolah anak dan kuliah anak mereka. Ketika ditanya kenapa orang tua kita mau melakukan itu ? hal ini karena semua orang tua ingin supaya anaknya cerdas dan memiliki Ijazah. Orang tua rela membayar biaya mahal hanya untuk mendapatkan Ilmu pengetahuan dan kecerdasan serta wawasan melalui sekolah dan kampus. Padahal sebenarnya banyak cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan wawasan serta pekerjaan yang tidak harus mahal.
Berikut merupakan beberaa cara hemat dan tepat untuk mendapatkan Ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas berdasarkan pengalaman penulis:
1. BACALAH !
Anda ingin ahli dibidang apapun, KUNCI UTAMANYA adalah membaca ! Dan sesuaiakan bacaan tersebut sesuai yang kita suka dan bisa mendukung untuk mencapai tujuan kita. Misal anda ingin jadi dokter, berarti perbanyaklah baca buku-buku, artikel, makalah atau penelitian-penelitian terkait bidang kedokteran, begitu juga dengan bidang yang lain, semunanya syarat utamanya adalah BACALAH !
2. DISKUSI
Tidak mungkin sebuah ilmu pengetahuan bisa di dapat hanya dengan melalui membaca saja. Walaupun mungkin dalam bidang tertentu bisa saja sebuah Ilmu pengetahuan bisa kita dapat dari membaca. Namun untuk memaksimalkan dan mematangkan tentang ilmu pengetahuan yang kita dapat dari membaca, perlu dibuktikan atau di uji dengan mendiskusikan apa yang telah kita BACA dengan orang lain atau komunitas lain. Untuk melakukan diskusi, sekarang teramat sangat mudah karena adanya internet. Dimana kita bisa mendiskusikan apa yang telah kita baca dengan berbagai banyak forum. Dari hasil diskusi pastilah kita akan mendapatkan wawasan atau mungkin pemahaman baru dari apa yang sudah kita baca tersebut.
3. Wujudkan dan Praktekan !
Setelah kita baca, kemudian mendiskusikan apa yang kita baca, hal selanjutnya yang harus kita lakukan adalah melakukan hasil dari keduanya (hasil membaca dan diskusi). Hal ini karena tidak mungkin ilmu pengetahuan bisa tercipta dan muncul tanpa adanya perwujudan dan tindakan yang NYATA.
Dari ketiga poin diatas, Saya ingin mencontohkan sedikit pengalaman saya.
Pada suatu ketika saya ingin bisa membuat dan memiliki sebuah website/Blog. Awalnya karena saya seorang mahasiswa saya percayakan untuk bisa mendapatkan keahlian bisa membuat Website/Blog saya mengikuti perkuliahan yang sesuai yaitu mata kuliah Design Web. Namun sayangnya saya teramat sangat kecewa karena ketika mengikuti perkuliahan tersebut sangat bertele-tele dan lebih berkutat pada teori dan teori.
Dari peristiwa tersebut kemudian saya memutuskan untuk melakukan ketiga hal tersebut diatas.
Pertama, Saya pergi ke perpustakaan online bernama "GOOGLE" disana saya tulis kata kunci begini "CARA BELAJAR MEMBUAT WEBSITE UNTUK PEMULA DENGAN MUDAH DAN CEPAT". Setelah saya enter, munculah ribuan tulisan yang membahas tentang itu. Akhirnya saya pilah dan pilih artikel kemudian saya BACA dan pelajari tulisan-tulisan tersebut yang saya rasa faham dan bisa mengikutinya.
Kedua, Setelah saya membaca tulisan-tulisan di internet tersebut, kemudian saya bergabung dengan beberapa komunitas yang berdiskusi tentang cara membuat website. Dari forum-forum tersebut saya mempertanyakan banyak hal tentang apa yang sudah saya baca kepada kawan-kawan di forum tersebut. Selain berdiskusi melalui forum-forum komunitas, saya juga melakukan diskusi dan tanya jawab dengan kawan-kawan komunitas online saya yang sudah lebih dulu memiliki website pribadi.
Ketiga, Setelah BACA dan Mendiskusikan hal tersebut langkah selanjutnya yang saya lakukan adalah MEWUJUDKAN dan MEMPRAKTEKANYA. Akhirnya saya memutuskan untuk membeli domain dan hosting melalui teman saya. Setelah membeli domain dan hosting kemudian saya mempraktekan apa yang sudah saya baca dan diskusikan, dan akirnya tidak kurang dari 3x24 jam www.dunieperpustakaan.info JADI. dan sekarang website www.duniaperpustakaan.info saya ganti menjadi www.duniaperpustakaan.com :)
Melalui tulisan ini saya merasa yakin bahwa kunci utama untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas tidak harus melalui media bernama sekolah dan kampus. Karena Justru (berdasarkan pengalaman pribadi) dunia pendidikan bernama kampus justru terlalu mempersulit mahasiswanya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan disana. Bayangkan,:
"untuk mendapatkan ilmu pengetahuan di kampus kita harus bayar biaya kuliah yang mahal, Bersepatu (sendal jepit dilarang), memakai kemeja (kaos oblong ga boleh). Kehadiran 75 % (kalau sambil kerja hampir ga bisa karena kerja berbarengan dengan jam kuliah). Dan masih banyak lagi aturan-aturan yang menurutku ga penting dan menjadi jaminan serta menentukan bahwa aturan-aturan itu akan membuat orang cerdas dan berilmu.
Saya sadar bahwa pengalaman seseorang yang satu dengan yang lain mungkin berbeda. Tapi inilah yang saya alami dan rasakan, dan saya juga menemukan banyak bukti dan fakta dilapangan sebagai berikut:
- Lama Menganggur, Seorang Sarjana Menipu & Mencuri
- Tamatan SD Lebih Bisa Jadi Wirausaha Dibanding Sarjana
- Sarjana Menganggur karena Proses Pembelajaran di PT Tidak Tepat
- Wuih… 2,6 Juta Sarjana Menganggur - KOMPAS.com
- 30 Ribu Sarjana Universitas Mulawarman Menganggur
- 21.000 Lebih Sarjana S1-S2 Menganggur - KOMPAS.com
- Tempointeraktif.Com - Sarjana Menganggur di Indonesia Hampir Sejuta
- 37 Ribu Sarjana Menganggur di Sulsel | Republika Online
- Pengangguran di Surabaya Capai 802.568 Orang
- Tempointeraktif.Com - Tujuh Ribu Sarjana di LumajangMenganggur
- 700 Ribu Sarjana Menganggur : Harian Berita Sore
- Tempointeraktif.Com - Statistik: Sarjana Lebih Banyak Menganggur
- Tempointeraktif.Com - Penganggur di Kota Malang Didominasi Sarjana
- Tribun Pontianak: 1.142.751 Sarjana Siap Jadi Pengangguran
- PENGANGGURAN INTELEKTUAL BERTAMBAH 20 PERSEN PER TAHUN - Universitas …
- Lebih 60 Persen lulusan Sarjana Menganggur di Indonesia
- Menjamu Era Wirausahawan Muda Indonesia
- Peran Kampus Sebagai Produsen Pengusaha
- Agus Marto: Sarjana Nganggur Harus Bisa Ciptakan Lapangan Kerja
- DAN TERAMAT BANYAK BUKTI DAN FAKTA YANG LAIN
Harapan penulis juga, semoga setiap apa yang anda baca dalam setiap tulisan yang ada di web ini juga bisa anda ciptakan menjadi ilmu pengetahuan ketika anda lakukan ketiga hal tersebut di atas :)
SEMOGA !
*Tulisan ini sebelumnya dimuat di www.duniaperpustakaan.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H