Mohon tunggu...
Ahmad Al Qadri AS
Ahmad Al Qadri AS Mohon Tunggu... Editor - Terukur

Mahasiswa Jurnalistik UIN Alauddin Makassar. Senang melampiaskan cemas dalam bait yang resah, melampiaskan cinta dalam bait yang nakal dan senang bermain pada rana khayalan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Usai

11 Februari 2022   12:19 Diperbarui: 11 Februari 2022   12:20 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih ingat bagaimana cara kerja semesta membuat perkenalan? Apakah semesta sempat mengeluarkan keringat demi menyatukan?
Komunikasi apa yang dibangun di awal? Apakah saat itu kita pernah berpikir tentang saling mencintai? Ataukah sedikit berhayal bagaimana pendidikan menyeret mengenalmu?

Atas semua pertanyaan, ku menanti nikmat lupa nantinya. Tentang tata cara semesta bekerja mengantarkan perkenalan di suatu gedung, cara angin mengantarkan komunikasi di pinggiran fakultas, cara  nurani menetapkan pilih, dan cara pendidikan mengantarkan kekotamu.

Tentang perkenalan ku ucapkan terima kasih, pernah mendatangkan purnama untuk seorang yang tak pernah menikmati malam sebelumnya.

Untuk angin terima kasih, pernah menyampaikan pesan berisikan kesetiaan dan harapan di masa depan.

Nurani ku ucapkan selamat, kau pernah menjadi tempat paling teduh untuk persinggahan seorang  tak memiliki rumah, serta lokasi paling sejuk untuk orang yang mengaku membenci perpisahan.

Dan untuk pendidikan terima kasih pernah datang  dan mengajarkan cara melipat jarak, mencipta puisi dan menguatkan kepekaan.

Untuk puisi yang dulunya tak memikili titik, untuk semua kehangantan & tawa yang sempat terbagi, untuk semua kemesraan pelukan di sudut kota, untuk bibir pantai yang selalu menawarkan senja, untuk jalan-jalan basah yang berceceran darah, untuk ikan-ikan yang sempat terpelihara, untuk basa-basi yang sempat tercipta, untuk subuh yang di persingkat melukis wajah, untuk malu yang kadang tak terduga, untuk beberapa meja makan yang sempat menjadi saksi, untuk harapan-harapan yang terbentuk bersama, untuk beberapa tatapan perhatian di angkutan umum, untuk perdebatan tanpa nada yang tinggi, untuk tulisan di beberapa karya ilmiah, dan untuk kenangan di posisi tak menahan, ku ucap terima kasih dan usai.

Tak ada hal sial, yang ada yakni menikmati semua yang terjadi hanya mungkin dengan penambahan tokoh cerita.

Atas semua jarak, maaf. Bukan inginku dan orang tuaku, lagi-lagi semesta mencoba mencipta lelucon yang tak berujung tawa.

Dan malam yang terang dikotamu ku ucapkan selamat, lekas mengulang penuh kesehatan, bintang dan sedikit kebosanan. Singkat saja, untuk semua janji hapuslah dan semua kebosanan berubahlah.

Jika suatu ketika kau rindu, cari aku pada pada titik-titik air mata itu, aku disana sedang bermain dan berdoa untuk keselamatanku sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun