Mohon tunggu...
Ahmad Al Qadri AS
Ahmad Al Qadri AS Mohon Tunggu... Editor - Terukur

Mahasiswa Jurnalistik UIN Alauddin Makassar. Senang melampiaskan cemas dalam bait yang resah, melampiaskan cinta dalam bait yang nakal dan senang bermain pada rana khayalan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Makam

9 Februari 2022   02:39 Diperbarui: 9 Februari 2022   02:45 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ingin menginjak makammu, bersujud dan meminta petunjuk pengobatan disana. Tempat kumpulan darah ulama tercecer rapi dan tempat kumpulan batu memijakkan kakinya.

Bukan untuk mencipta jalan tengah, mengenai karomah bukan lagi suatu target. Berdoa tidak dengan puisi, ataupun sajak indah yang  belum ada sebelumnya.

Menancapkan kening yang mengkerut akan perdebatan yang melahirkan cemas dan merapatkan hidung mencium aroma kedengkian. Lalu membisik mengantarkan suara menganai dinding tanah asal muasal, sembari menunggu langit mengabulkannya.

Mencoba memacu mendengar makam, mengajak duduk bercerita membahas semuanya kecuali cinta dan pengaharapan. Mendengarkan lebih banyak dan belajar tentang cara nikmatnya kematian.

Menarik energi yang tersisa tentang luka dan kebahagian, mendengar makian jiwa terhadap diri sendiri akan kelupaan kepada tuhan, menghina bacaan yang menjadikan kebodohan, serta mengutuk cinta yang makin pandai melukis luka.

Hingga pertengahan malam, makam menjelma tempat bersujud dan meminta petunjuk.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun