Mohon tunggu...
Soni Ariawan
Soni Ariawan Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

Pendidik, pembelajar, pemerhati bahasa dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ahok: Ranah Teologis dan Politis

31 Oktober 2016   16:37 Diperbarui: 31 Oktober 2016   16:43 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demonstrasi yang terjadi sekarang ini, bukan bentuk protes kepada pemimpin non muslim di Indonesia, sama sekali bukan. Walaupun pada tataran teologis, ada yang meyakini bahwa tidak boleh hukumnya dipimpin oleh non muslim tetapi Islam tidak ekstrem untuk memaksakan hukumnya diterapkan di Indonesia, justru mengikuti proses demokrasi yang ada karena ada kaidah yang kami percayai bahwa mencintai negara adalah juga bagian dari iman.

Demonstrasi ini hanya sebagai luapan ketersinggungan umat Islam terhadap perkataan Ahok dan demonstrasi ini adalah bentuk dukungan kepada apparat penegak hukum agar menegakkan hukum secara adil. Sama posisinya dengan demonstrasi yang biasa terjadi ketika rakyat Indonesia memprotes sebuah kebijakan atau menyampaikan aspirasi kepada pemerintah agar membuat suatu kebijakan. Tidak ada unsur intervensi. Adapun masalah apakah Ahok bersalah atau tidak secara hukum, maka biarkanlah proses hukum yang berjalan dan umat Islam akan menghormati apapun hasilnya asalkan ditegakakn secara adil dan transparan. Sekali lagi tidak ada intervensi, jangan khawatir berlebihan, tidak ada unsur sebagai bentuk kampanye “tidak membolehkan” non muslim untuk jadi pemimpin di Indonesia. Sama sekali tidak!

Oleh karena itu, hargailah apa yang sedang diperjuangkan oleh umat Islam yang melakukan demonstrasi untuk penegakan hukum. Adapun jika sudah memasuki ranah politis, tentu semua sepakat bahwa hal ini adalah salah.

Tidak perlu khawatir berlebihan sehingga berbalik sentimen kepada umat Islam. Andai kita berada di posisi umat Islam yang terpanggil hatinya untuk membela agamanya, mungkin kita akan mengerti apa sesungguhnya gejolak yang terjadi di hati mereka. Adapun untuk sebagain umat Islam lain yang tidak setuju dengan apa yang diperjuangkan saudaranya, maka jadikanlah perbedaan pandangan ini sebagai sebuah perbedaan internal yang sifatnya saling mengetahui perbedaan itu, tetapi tidak lantas menyalahkan, apalagi berbalik mendukung apa yang sedang “dilawan” sehingga terjadi konfrontasi antar sesama muslim. Cukup diam dan saling menghargai perbedaan, jangan sampai termakan “adu domba” yang justru di depan publik akan terlihat sangat tidak baik. Jangan mau terpecah belah oleh oknum yang mengambil keuntungan dari aksi umat Islam. Biarkan umat Islam berjuang dengan dasar justifikasi ketersinggungan teologisnya, karena bagi mereka itu adalah bagian dari ibadah karena sedang membela kitab suci Al Quran.

Wallahu a’lam bish-shawab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun