“Hidup ini Anda yang jalani. Hasil dari hidup ini kelak, Anda juga yang akan dapatkan. Jika Anda menanam kebaikan maka kebaikanlah yang akan dipetik, tetapi jika Anda menanam keburukan, maka Anda akan bertanggung jawab terhadap hasil buruk tanamanmu.”
***
HIDUP ini penuh dengan nuansa-nuansa keseimbangan dan keselarasan. Diciptakan daratan sebagai alas dan langit sebagai atap serta gunung-gunung sebagai tiang. Dianugerahi dua tangan, tangan yang satu untuk menerima dan tangan yang lain untuk memberi. Diciptakannya makhluk abstrak yang bernama kesedihan dan rekannya yang bernama kebahagiaan. Diciptakan arah yang sangat terukur, ada kiri dengan kanan, atas dengan bawah, dan banyak sekali sisi biner lainnya. Inilah harmoni indah dalam melodi kehidupan kita.
Maka fahamilah harmoni ini terjadi karena sebuah sinergi. Bukan karena dominasi. Jika hanya tangan kanan yang bergerak, maka tangan kiri akan protes. Jika kita melihat bawah maka jangan lupa menatap atas. Setelah bersedih maka bergembiralah. Tetap jaga keseimbangan penomen-penomena yang diciptakan oleh Sang Pencipta.
Kita mengalami kegagalan sebenarnya kerena kita tidak menjaga keseimbangan ini. Kita terlalu lama bersedih padahal kebahagiaan sudah menanti, kita terlalu lama tertunduk ke bawah padahal masih ada atas untuk kita menengadah dan menatap masa depan. Kita bicara terus tetapi tak pernah mau mendengar, atau mendengar terus tak pernah mau bicara. Ini adalah fakta ketidakseimbangan yang akan menciptakan masalah dan disintegrasi (perpecahan) diri.
Ada lagi satu fenomena ketidakseimbangan yang sering kita saksikan dalam kehidupan ini, yaitu tak sedikit orang yang terlalu lama mendengarkan kata-kata orang lain yang mengandung makna negasi yang melemahkannya. Karena sibuk mendengarkan kata orang lain yang mengkritik dan melemahkannya, persepsi yang muncul di dalam otak tentang dirinya adalah seperti yang orang lain katakana. Padahal dia punya kemampuan positif yang mungkin tak pernah dilihat oleh orang lain atau bahkan oleh dirinya.
Sebelum dilanjutkan, coba perhatikan dua karakter orang berikut ini.
Pertama, ada orang yang tidak mau tahu menahu apapun yang dikatakan orang lain tentang dirinya, sampai orang bilang apapundia tetap tidak mau mendengar perkataan orang tersebut. Dia selalu yakin dengan kompetensi dan kapasitas dirinya. Baginya hidup ini bukan untuk mendengar kalimat negasi yang melemahkan dan bersifat destruktif (merusak), tetapi terus mendengarkan kata hati yang benar.
Kedua, ada tipe orang yang cepat lemah ketika dilemahkan dan diragukan oleh orang lain. Ini tipe manusia loyo dan biasanya selalu memakai “perasaan”. Dikritik sedikit langsung down, tak mau ngapa-ngapain, dapat ujian sedikit langsung panik dan goyah, ujung-ungnya galau berlapis-lapis.
Sobat pembaca yang luar biasa!
Jika Anda meragukan dirimu, terus bagaimana orang lain akan percaya pada kemampuanmu? Kenapa kita tak perlu mendengarkan ejekan, hinaan, makian, dan kata-kata negasi dari orang lain? Sederhana saja, karena sebaik apapun Anda, pasti ada orang yang tak suka. Tak mungkin dalam hidup ini kita membahagiakan semua orang. Pasti ada yang tidak puas, bahkan kecewa dengan sikap dan pencapaian kita. Terus kalau mereka tak bahagia apakah itu salah kita? Tentu tidak, yang terpenting kita sudah melakukan yang terbaik. Masalah mereka tak suka dengan kita itu urusan mereka.