Pacitan atau yang dikenal dengan julukan kota 1001 goa merupakan salah satu kota yang terkenal dengan keindahan sejumlah obyek wisatanya, seperti Goa, Pantai dan wisata alam lainnya. Salah satu destinasi wisata yang berada di kota Pacitan yaitu Sentono Genthong.Â
Wisata Sentono Genthong terletak di Desa Dadapan, Kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan. Desa Dadapan merupakan salah satu Desa dari 13 Desa di Kecamatan Pringkuku Kabupaten Pacitan yang terletak 10 km dari kota Pacitan. Destinasi wisata yang mulai berkembang sejak tahun 2018 sampai saat ini masih cukup ramai dikunjungi wisatawan.Â
Pemandangan yang disuguhkan tak akan mengecewakan bahkan wisatawanpun pasti ingin berlama-lama setelah tiba ditempat ini. Begitu tiba di Sentono Genthong wisatawan akan secara langsung disuhkan dengan pemandangan alam yang sangat indah.Â
Sebab, dari ketinggian bukit ini wisatawan dapat menikmati udara segar khas pegunungan dan menikmati pemandangan kota Pacitan, serta pantai yang terlihat sangat indah.Â
Terlebih ketika malam tiba, pemandangan lampu kota layaknya bintang yang terlihat indah dari Sentono Genthong menjadi salah satu keindahan tersendiri yang dapat dinikmati ketika malam hari. Bahkan ditempat ini wisatawan juga dapat menikmati keindahan matahari terbit di pagi hari. Meskipun, untuk sampai ketempat ini harus melewati jalan desa, akan tetapi semua itu akan terbayar dengan pemandangan yang disuguhkan.
Dibalik keindahan dan keramaian wisata Sentono Genthong ada keistimewaan dibalik sejarahnya, yuk simak ulasannya!
Pada awalnya Sentono Genthong bernama Astono Genthong, astono yang berarti tangan dan genthong yang berarti  tempat air dari gerabah. Saat ini nama Astono Genthong sudah diganti menjadi Sentono Genthong karena penjaga tempat tersebut bernama Sentono dan yang dijaga adalah genthong. Nama Sentono Genthong terdiri dari dua suku kata yaitu Sentono yang berati gelar terendah dalam Keraton dan Genthong yang berarti tempat air dari gerabah.
"Dulunya Sentono Genthong merupakan bekas petilasan. Dikawasan bukit Sentono Genthong ini juga menjadi tempat tumbal pulau Jawa. Nah, Sentono merupakan gelar terendah dari keraton dan genthong merupakan tempat wadah air. Awalnya Sentono Genthong bernama Astono Genthong yang berarti astono itu tangan  dan genthong adalah wadah air. Tumbalnya berupa tangan, lalu tangan tersebut dimasukkan kedalam genthong untuk menumbali pulau Jawa. Lalu, Astono Genthong dirubah menjadi Sentono Genthong karena penjaga genthong tersebut bernama Sentono". Jelas mas Deddy, Pengurus wisata Sentono Genthong.
Terdapat beberapa cerita mengenai sejarah adanya tempat ini. Pertama mengenai kisah rombongan dari Kalingga Selatan yang sempat berlayar menuju Pantai Selatan dan singgah di wilayah Wengker Kidul.Â
Warga setempat meyakini bahwa Sentono Genthong merupakan tempat sakral. Pada jaman dulu tempat ini pernah menjadi Petilasan Syekh Subakir. Syekh Subakir dikenal sebagai seorang ulama besar yang berperan penting dalam agama islam di nusantara sebelum hadirnya Wali Songo. Warga setempat  juga meyakini bahwa Syekh Subakir merupakan pensyiar islam pertama di Pulau Jawa.Â
Kabupaten Pacitan diyakini sebagai tonggak awal berdirinya Pulau Jawa. Hal tersebut dibuktikan dengan peletakan paku bumi oleh para ulama kondang dari Kalingga Selatan yang dipimpin oleh Syekh Subakir pada abad ke-18 yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan alam di tanah Jawa. Â
Tumbal yang ditanam di tempat tersebut berupa tulang tangan. Situs tersebut setiap 70 tahun mencul dengan sendirinya di tempat Petilasan Syekh Subakir berupa tulang tangan.
Terkait dengan nama Genthong, menurut beberapa cerita genthong tersebut dulu merupakan tempat perbekalan air. Selain sebagai tempat perbekalan air genthong tersebut digunakan sebagai wadah untuk berwudlu yang dibawa oleh para Saudagar dari Kalingga Selatan. Mitosnya air dalam genthong yang dibawa oleh rombangan Syekh Subakir tersebut tidak pernah habis. Entah dari mana asal air tersebut tidak ada yang mengetahuinya.
Selain cerita Syekh Subakir, awal mula adanya Sentono Genthong berawal dari kisah Raja Brawijaya V. Pada zaman dahulu diceritakan bahwa Kerajaan Majapahit hampir mengalami keruntuhan sehingga Raja Brawijaya V dengan pengawalnya berkelana ke arah Barat dengan tujuan untuk bersemedi. Pada akhirnya beliau singgah di Pacitan dan beliau berfikir bahwa Pacitan merupakan tempat yang layak untuk dihuni. Namun, Pacitan dinilai mistis sehingga belum ada manusia yang dapat menghuninya. Sebelum moksa Raja Brawijaya V berpesan kepada pengawalnya untuk memotong tangan kanannya yang kemudian dimasukkan ke dalam sebuah genthong dan diletakkan di tempat tersebut (Sentono Genthong) dengan tujuan agar Pacitan dapat dihuni oleh manusia.
Di tempat tersebut dulu masih terdapat banyak sisa-sisa genthong (tempat air) dan potongan tulang yang masih tersisa dan dijaga dengan baik sampai saat ini. Bahkan terdapat sebuah mitos yang beredar bahwa tulang-tulang tersebut memiliki pesan-pesan ajaib. Jika wisatawan yang datang ketempat tersebut melihat tulang berbentuk tegak, panjang, dan berwarna putih maka seseorang tersebut akan murah rejeki dan berumur panjang. Namun, jika yang dilihat tulang yang kecil dan pendek diartikan bahwa orang yang melihatnya akan berumur pendek dan kurang rejekinya. Jika tulang tersebut dilihat beberapa orang ukuranya tidak sama. Misalnya ketika 10 orang melihat secara bersamaan, beberapa orang melihat dengan bentuk kecil dan yang lain melihat dengan bentuk besar.
"Menurut cerita yang pernah saya baca, jika ada pengujung yang datang ketempat ini dan menjumpai tulang  berbentuk silindris, panjang serta berwarna putih, pengunjung tersebut akan berumur panjang dan murah rejeki. Jika yang dilihat sebaliknya maka pengunjung tersebut berumur pendek dan kurang rejeki". Ujar Tari, Pengunjung Sentono Genthong.
Dari beberapa cerita tersebut, Sentono Genthong merupakan tempat peletakan tumbal yang bertujuan untuk menumbali tanah wa agar dapat ditempati oleh manusia dan saat ini menjadi salah satu wisata religi di Kabupaten Pacitan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H